Kenangan Berharga di Kelas FAMe

13 Februari 2025 | BBG News

NURUL HUSNA, S.Pd., alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Bina Bangsa Getsempena dan Anggota FAMe, melaporkan dari Banda Aceh

Di luar kampus saya, Universitas Bina Bangsa Getsempena (UBBG) Banda Aceh, saya ikut kelas Forum Aceh Menulis (FAMe) empat kali pertemuan saja sepanjang akhir tahun 2024, meski yang dilaksanakan lebih dari itu.

Sebelumnya, berkali-kali saya ikut kelas latihan menulis di UBBG karena di kampus saya pun ada chapter (cabang) FAMe sejak 24 November 2021.

Saya sangat bersyukur bisa hadir lagi di kelas menulis ini setelah tamat kuliah.

Pada pertemuan pertama tanggal 24 Oktober 2024., pengetahuan yang saya dapatkan adalah tentang Pemanfaatan, Pemutakhiran, dan Pemerkayaan KBBI Daring dengan Bahasa-Bahasa Daerah di Aceh.

Materi ini dsampaikan oleh Ibu Zulfamirda Matondang, M.Li. dari Balai Bahasa Provinsi Aceh.

Peserta diajarkan menggunakan kamus ini dengan cara mudah dan benar. Hakikatnya secanggih apa pun teknologi kita tetap membutuhkan seorang guru untuk mengajar, membimbing, mengarahkan, dan memberi saran supaya tidak ada kekeliruan dalam memperoleh pengetahuan.

Belajar sendiri juga kita bisa mendapatkan pengetahuan, tetapi tidak sempurna, meski banyak guru di YouTube manusia itu membutuhkan sosok guru di dunia nyata karena ia makhluk sosial.

Pada pertemuan kedua saya mendapat ilmu tentang Penggunaan Metafora dan Konotasi sebagai Interior Bahasa. Ini diajarkan oleh Herman RN, MPd, Dosen Prodi Bahasa Indonesia FKIP Universitas Syiah Kuala (USK) pada 31 Oktober 2024.

Saya baru tahu ternyata kedua majas  (gaya bahasa) tersebut dapat ditulis dalam karya ilmiah populer, asalkan penempatannya sesuai dan tidak melanggar kode etik penulisan ilmiah.

Pertemuan ini juga dapat memotivasi peserta, terutama saya, untuk melestarikan bahasa Aceh sebagai hasil karya anak bangsa.

Kata salah seorang siswi SMAN 10 Fajar Harapan pada pertemuan tersebut, teman-temannya tidak mampu berbahasa Aceh sebab mereka malu berbicara dengan bahasa daerah dan dianggap kolot.

Ini beda dengan hasil pemantauan saya di sekolah tempat saya praktik dulu. Semua orang di sekolah itu justru melestarikan bahasa Aceh.

Penyebab orang Aceh tidak mampu berbahasa daerah, menurut saya, karena orang tuanya. Banyak anak terlahir dari ayah dan ibu yang bahasa daerahnya tidak sama. Ada anak yang mampu berbicara dalam bahasa daerah orang tuanya, ada pula yang mengikuti bahasa ibu atau ayahnya saja, bahkan ada anak tidak pandai satu pun bahasa daerah kedua orang tuanya.

Akibat orang tua memilih aman untuk menghindari kesalahpahaman dalam berbahasa Aceh di rumah, lalu mereka menggunakan bahasa Indonesia saat berbicara. Alhasil, anak-anaknya hampir ta pernah mendengar tuturan bahasa Aceh di rumahnya.

Pada pertemuan ketiga, pematerinya adalah Pak Yarmen Dinamika (Rekdaktur  Serambi Indonesia dan Pembina FAMe). Ttopiknya tentang Jago Menulis News Features. Karena pembahasan ini menarik, saya jadi ingin menulis features suatu hari nanti, di saat pengetahuan dan kesempatan ada.

Saya tidak bermaksud memuji, tetapi mengatakan apa adanya bahwa setelah saya perhatikan dengan saksama, beliau adalah orang yang berwawasan luas dan sangat menguasai KBBI.

Beliau juga mampu membuat lawan berbicaranya merasa nyaman, dihargai, tak mempermasalahkan status sosial dan usia orang tersebut.

Jujur, hal yang selalu saya rindukan dari kelas menulis ini adalah kata-kata sang pembinanya, bukan pelajarannya. Seingat saya Yarmen pernah mengatakan, “Ini anak didik saya” dan “Ini mahasiswa didikan saya” di depan narasumber lain.

Bagi saya, ungkapan tersebut sangat berharga waktu mendengarnya, saya bahagia.

Pembina FAMe juga membawa nama UBBG sewaktu memperkenalkan saya kepada orang lain.

Seperti kata orang dahulu: ada pertama; tentu ada kedua dan seterusnya. Hal ini sering terjadi dalam hidup saya. Pada pertemuan keempat berlaku untuk saya, tetapi bagi FAMe ini merupakan pertemuan ke-108. Maklum, kelas FAMe sudah ada sejak medio tahun 2017, terasa seperti anak bawang saya di sini.

Narasumber kali ini adalah Pak Saifuddin Bantasyam MA (Dosen FH dan FISIP USK yang juga guru FAMe. Moderatornya Hayatullah Zuboidi MSos yang juga Koordinator FAMe. Pembahasannya tentang Public Speaking; dari Teori Hingga Praktik.

Persiapan  Saifuddin untuk tampil perlu diapresiasi, ketika tubuhnya tidak fit saat itu, tanggal 21 November 2024 Beliau melakukan persiapan yang tergolong sempurna.

Menjelaskan pembahasan menggunakan mikrofon, seperti seminar yang pesertanya lebbih dari 100 orang, ia berusaha berdiri di saat badan tidak fit.

Public speaking sendiri memiliki makna kemahiran berbicara di depan umum yang bertujuan untuk menyampaikan pesan secara efektif.

Keterampilan ini perlu dipelajari agar semua hal yang disampaikan itu sesuai, tepat sasaran, mudah dimengerti, dapat diterima, oleh pendengarnya dan waktu yang digunakan untuk berbicara pun bisa efisien.

Sebagai makhluk sosial yang selalu berbicara dengan orang lain baik secara resmi maupun tak resmi, banyak orang mampu berbicara di mana saja, tetapi yang menguasai ilmu public speaking masih sedikit.

Orang-orang yang bekerja di layanan pemerintah, apa pun profesinya sangat dianjurkan memperlajari ilmu ini supaya komunikasi verbalnya komunikatif dan efektif.

Hal yang sangat penting sebelum tampil berbicara di depan umum adalah persiapan dan persiapan. Saifuddin mengatakannya berkali-kali.

Lakukan juga pemeriksaan peralatan yang dibutuhkan beberapa jam sebelum tampil. Tujuannya adalah agar terhindar dari semua gangguan yang ada.

“Harus ada alternatif untuk mengatasi gangguan yang datang tiba-tiba,” kata Saifuddin.

Beliau juga  menambahkan bahwa persiapan yang matang akan mampu mengurangi bahkan menghilangkan rasa grogi saat tampil.

Sebaiknya waktu berbicara tatap semua audiens dan itu dilakukan secara bergantian ke semua sisi, agar para pendengar merasa dihargai.

Komunikasi langsung harus dengan kata-kata yang mudah dipahami dan tidak bertele-tele. Miimik wajah dan gestur harus sesuai dengan hal yang diucapkan. Senyum, menyapa, serta bertanya kepada para pendengar ini harus dilakukan supaya kita tahu mereka benar-benar mendengar dan menyimak dengan baik atau tidak.

Sebagai pemateri, seseorang perlu memperhatikan penampilannya di depan cermin apa sudah sesuai dengan jenis acara yang akan dia hadiri atau tidak. Ketika ragu, jangan sungkan meminta saran dari keluarga atau orang yang dipercayai agar penampilannya bagus.

Tenaga pendidik pun harus mempelajari ilmu berbicara. Skill ini diperlukan saat mengajar, rapat, atau pelatihan yang mewajibkan seorang guru mengutarakan pendapatnya.

Dokter juga harus belajar ‘public speaking’ supaya mampu menyampaikan pesan kepada pasien dan keluarga pasien dengan kata-kata yang mudah dipahami. Setiap orang sakit membutuhkan perhatian dan hal ini dapat didengar dari suara. Selain obat, kata-kata juga dapat membuat orang lain tenang sehingga rasa sakit menjadi mendingan bahkan sembuh.

Itulah beberapa catatan yang mengesankan dan membekas di benak saya saat ikut serangkaian latihan menulis dan berbicara di kelas FAMe tahun lalu. Semoga tahun baru ini pun saya berkesempatan lagi menimba banyak ilmu bersama FAMe, hal yang terkadang tidak saya dapatkan di bangku kuliah. (nuruluni37@gmail.com)

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Kenangan Berharga di Kelas FAMe, https://aceh.tribunnews.com/2025/01/09/kenangan-berharga-di-kelas-fame?page=3.

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Kenangan Berharga di Kelas FAMe, https://aceh.tribunnews.com/2025/01/09/kenangan-berharga-di-kelas-fame?page=3.

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Kenangan Berharga di Kelas FAMe, https://aceh.tribunnews.com/2025/01/09/kenangan-berharga-di-kelas-fame?page=3.

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Kenangan Berharga di Kelas FAMe, https://aceh.tribunnews.com/2025/01/09/kenangan-berharga-di-kelas-fame?page=2.

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Kenangan Berharga di Kelas FAMe, https://aceh.tribunnews.com/2025/01/09/kenangan-berharga-di-kelas-fame?page=2.

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Kenangan Berharga di Kelas FAMe, https://aceh.tribunnews.com/2025/01/09/kenangan-berharga-di-kelas-fame?page=2.

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Kenangan Berharga di Kelas FAMe, https://aceh.tribunnews.com/2025/01/09/kenangan-berharga-di-kelas-fame.

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Kenangan Berharga di Kelas FAMe, https://aceh.tribunnews.com/2025/01/09/kenangan-berharga-di-kelas-fame.

 

 

 

 

 

 

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Kenangan Berharga di Kelas FAMe, https://aceh.tribunnews.com/2025/01/09/kenangan-berharga-di-kelas-fame.

Bagikan
partner-1
partner-2
partner-3
partner-4
partner-5
partner-6
partner-7
partner-8
partner-9
partner-10
partner-11
partner-12
partner-13
partner-14
partner-15
partner-16
Skip to content