Serambi Indonesia, Minggu, 21 April 2019
Harfiandi, Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia STKIP Bina Bangsa Getsempena
Varietas vokal merupakan bunyi-bunyi terkecil pada bahasa yang berbeda diucapkan oleh penutur dalam suatu bahasa di wilayah tertentu. Setiap penutur dalam suatu bahasa menghasilkan fonem vokal dengan cara artikulasi yang berbeda. Vokal adalah bunyi bahasa yang hembusan udaranya tanpa mengalami hambatan (Alwi, 2003:50).
Masyarakat Aceh Tengah sebagai penutur bahasa Gayo yang berada di wilayah dataran tinggi memiliki sistem vokal tersendiri. Penutur tersebut membentuk dua jenis sistem vokal. Kedua sistem ini menglasifikasikan masyarakat uken ‘hulu’ dan masyarakat toa ‘hilir’. Berdasarkan posisi lidah, masyarakat penutur bahasa ini menghasilkan bunyi vokal melalui posisi lidah depan, tengah, dan belakang dengan mengeluarkan fonem vokal tinggi, sedang, dan rendah. Sebagai tambahan, fonem vokalsedang terbentuk posisi atas dan bawah lidah penutur. Posisi inilah yang menunjukkan sistem fonem vokal yang berlainan pada kelompok masyarakat Aceh Tengah.
Penutur masyarakat uken yang menghasilkan fonem vokalsedang berbeda dengan penutur masyarakat toa. Jika digambarkan pada artikulasi, perbedaan posisi lidah kedua penutur terletak pada atas-depan, atas-belakang, bawah-depan, dan bawah-belakang. Dengan begitu, cara artikulator bagi kelompok penutur bahasa Gayo mengeluarkan sebagian fonem vokal berbeda pada kata tertentu.
Padahal, penutur tersebut memiliki ras dan suku yang sama. Pada pemetaan sistem vokal bahasa Gayo Aceh Tengah secara keseluruhan, terdapat 8 fonem vokal, yaitu /i/, /e/, / /, / /, /a/, /u/, /o/, dan / /. Klasifikasi fonem vokalnya adalah 2 vokal tinggi (/i/, /u/), 2 vokal sedang atas (/e/, /o/), 3 vokal sedang bawah (/ /, / /, / /), dan 1 vokal rendah (/a/). Pada masyarakat uken, sistem vokal terbentuk sebanyak 6 fonem pada /i/, /e/, / /, /a/, /u/, dan / /. Klasifikasi fonem vokal masyarakat ini mencakup 2 vokal tinggi (/i/, /u/), 1 vokal sedang atas (/e/), 2 vokal sedang bawah (/ /, / /), dan 1 vokal rendah (/a/). Untuk masyarakat toa, sistem vokal bahasa Gayo terbentuk 6 fonem, yaitu /i/, /e/, / /, / /, /a/, /u/, dan /o/. Klasifikasi fonem vokal masyarakat ini meliputi 2 vokal tinggi (/i/, /u/), 1 vokal sedang atas (/o/), 2 vokal sedang bawah (/ /, / /), dan 1 vokal rendah (/a/).
Fonem vokal yang berbeda pada pelafalan masyarakat uken dan masyarakat toa dalam bahasa Gayo dituturkan pada distribusivokal pada kata, aitu awal, tengah, dan akhir. Fonem vokal padaawal kata erah ‘lihat’ dilafalakan oleh masyarakat uken [erah] dan masyarakat toa [ rah]. Fonem vokal ada tengah kata ken ‘untuk’ dilafalkan oleh masyarakat uken [ken] dan masyarakat toa [k n]. Fonem vokal pada akhir kata mane ‘kemarin’ dilafalkan oleh masyarakat uken [mane] dan masyarakat toa [man ].
Kata tersebut yang dituturkan oleh kedua kelompok masyarakat melaluidistribusi fonem vokal menunjukkan variasi pada /e/ dan / /. Selain itu, fonem vokal pada awal kata oya ‘itu’ dilafalkan oleh masyarakat uken [ ya] dan masyarakat toa [oya]. Fonem vokal pada tengah kata beloh dilafalkan oleh masyarakat uken [b l h] dan masyarakat toa [b loh]. Fonem vokal pada akhir kata ko dilafalkan oleh masyarakat uken [k ] dan masyarakat toa [ko]. Distribusi fonem vokal pada kata tersebut juga memperlihatkan variasi pada / / dan /o/.
Berdasarkan pelafalan kata masyarakat uken dan toa di atas,penutur menghasilkan variasi fonem /e/, / / dan / /, /o/. Setiap kata yang dicontohkan menghasilkan ketidaksamaan fonem vokal. Akan tetapi, kata atas varian fonem vokalnya masih memiliki makna yang sama. Dalam ilmu fonologi, variasi bahasa yang terkait dengan fonem juga disebut dengan aksen. Aksen penutur bahasa Gayo mengontraskan dialek. Berdasarkan letak geografis, aksennya juga melekat pada masyarakat uken dan masyarakat toa. Aksen penutur masyarakat uken terdengar suara lembut, sedangkan aksen penutur masyarakat toa terbetik suara keras bagi penutur bahasaGayo itu sendiri.Aksen penutur juga menjadikan tindak tutur bahasa Gayo yang halus dan kasar.
Tindak tutur bagi masyarakat uken dinilai halus dan tindak tutur bagi masyarakat toa dinilai kasar. Halus kasarnya tindak tutur pada masyarakat tersebut berhubungan dengan nilai sopan santun. Oleh karena itu, ragam lisan mengenai fonem dan aksen masyarakat menujukkan identitas sebagai kelompok penutur. Jika sudah mengenal kelompok masyarakat, sesama suku Gayo dapat memahami karakter yang dimiliki antarkelompok masyarakat di Aceh Tengah. Mungkin selama ini, pengamat nonpenutur bahasa pertama tidak tahu bahasa Gayo di Aceh Tengah memiliki variasi vokal yang berbeda antarpenutur. Tetapi realitasnya, itulah vokal yang dihasilkan penutur masyarakat uken dan toa dalam melafalkan bunyi bahasa Gayo.
Sumber: http://aceh.tribunnews.com/2019/04/21/varietas-vokal-dalam-kelompok-penutur-bahasa-gayo-aceh-tengah.