Tradisi Melawat dalam Masyarakat Simeuleu

4 Juni 2022 | BBG News

Dimuat di Serambi Indonesia, edisi 4 Juni 2022

Nilam Sari, Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia dan anggota UKM Jurnalistik UBBG Banda Aceh, anggota FAME, melaporkan dari Teupah Selatan, Simeulue.Email: nilamtepsel06@gmail.com

 

Pulau Simeulue atau Simalur merupakan pulau yang berada di barat Sumatra. Berada kurang   lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh. Kabupaten Simeulue terdiri dari sepuluh kecamatan diantaranya:  Kecamatan Simeulue Timur, Kecamatan Simeulue Cut, Kecamatan Simeulue Tengah, Kecamatan Simeulue Barat, Kecamatan Teupah Tengah, Kecamatan Teupah Selatan, Kecamatan Teupah Barat, Kecamatan Salang, Kecamatan Alafan dan Kecamatan Teluk Dalam. Terdapat tiga bahasa utama yang digunakan yakni bahasa Devayan, bahasa Sigulai, dan bahasa Leukon. Bahasa Devayan umumnya digunakan oleh penduduk di Kecamatan Simeulue Timur, Teupah Selatan, Teupah Barat, Simeulue Tengah dan Teluk Dalam.

Pulau Simeulue terkenal dengan ombaknya sehingga perselancar asing berdatangan kepulai ini, terkenal akan hasil lautnya berupa lobster. Selain itu juga, Simeulue terkenal akan keberagaman baik dari bahasa, tradisi, adat istiadat dan makanan khas. Pulau Simeulue adalah pulau kecil yang terpisah dari Pulau Sumatra. Ini membuat Simeulue  menyelamatkan sejuta keindahan alam diberbagai wisata yang indah sangat cocok untuk dikunjungi.

 

keberadaan Pulau ini tetap dicari oleh wisatawan. Bukan hanya sekedar melepas lelah saja, tetapi dengan berkunjung ke pulau ini wisatawan bisa merasakan keindahan alam yang masih natural dan luar biasa. Ketenangan dan ketentraman bisa dirasakan. Menyediakan fasilitas yang lengkap untuk para wisatawan.

 

Selain keindahan alamnya, Simeuleu juga kaya akan tradisi budaya. Dalam masyarakat  terdapat salah satu tradisi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang yaitu melawat. Melawat merupakan cara masyarakat untuk menjaga silaturrahmi agar tetap terjalin dalam ikatan pertemanan, persahabatan, persaudaraan, kekeluargaan dan masyarakat juga mengatakan melawat merupakan cara masyarakat untuk tetap menjaga kerukunan dan keharmonis tanpa adanya konflik antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok dan individu dengan kelompok.

 

Sejarah meulawat berdasarkan penuturan lisan secara turun temurun, ada kaitannya dengan sejarah Simeulue dimana Simeulue yang merupakan sebuah pulau yang terpisakan dari provinsi Aceh. Sebelum nama Simeulue pulau ini diberi nama pulau U ( pulau kelapa) dimana pulau U dikunjungi oleh Tengku Halilullah dengaan tujuan untuk mengislamisasikan penduduk pulau U. Tengku Halilullah merupakan salah satu orang yang diutus oleh Sultan Iskandar Muda yang hendak melakukan perjalanan ke Mekkah.

 

Kegiatan melawat ini dipimpin oleh orang tertinggi di desa atau orang yang dipercaya sebagai pemimpin rombongan kegiatan. Masyarakat terus melestarikan tradisi melawat dengan cara mempertahankan, mengaplikasikan, menjaga dan mengembangkan tradisi dan nilai-nilai kebudayaan sehingga dengan melawat dapat memperkuat silaturrahmi dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam masyarakat Simeulue.

 

Selain itu, dengan melawat mereka bisa mendapatkan pengalaman baru, mengetahui kelemahan, kekurangan dalam berorganisasi dan  menjauhka dari perseteruan. Tradisi melawat ini sangat penting dan sangat menjunjung tinggi nilai budaya, dalam masyarakat simeulue terdapat beberapa macam bahasa daerah yang berbeda sehingga perbedaan tidak menghalangi untuk terus menjalin silahturahmi antar desa, kelompok, kelompok dan lain sebagainya.

 

Adapun kegiatan dalam acara melawat ialah segerombolan datang dan duduk ditempat yang sudah disedikan didamping oleh ketua panitia. Selanjutnya acara pembukaan atau penyambutan dengan cara diantaranya, Pembukaan acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, Jamuan seperti minuman kue. Penampilan tarian ranup lampuan, Kata-kata sambutan dari ketua panitia atau yang mewakili organisasi/kelompok, Kata-kata terimakasih dari ketua rombongan, penutup dan do’a dilanjutkan dengan makan bersama.

 

Dalam acara makan bersama kaum laki-laki dan perempuan dipisahkan begitu juga dengan tempat tidur. Tempat tidur laki-laki dan perempuan merupakan rumah masyarakat yang pemiliknya tidak berada ditempat atau tinggl dirumah yang berbeda. Rumah yang menjadi tempat penginapan baik laki-laki maupun perempuan sudah dekorasi dan dilengkapi dengan kasur, bantal dan lain sebagainnya.

 

Setiap waktu shalat masyarakat melakukan shalat berjamaah dan dilanjutkan dengan kegiatan olaraga. Kegiatan olaraga seperti bola kaki, bola voli biasanya dilakukan setelah waktu asar. Dalam kegiatan olaraga terutama personil bola kaki dan bola voli baik laki-laki maupun perempuan harus dalam keadaan sehat, sebab kesehatan merupakan hal yang harus dijaga.

 

Selesai kegiatan olaraga, tamu diperkenankan untuk istirahat melakukan shalat magrib dan makan malam bersama dengan masyarakat. Dilanjutkan dengan kegiatan malam yaitu hiburan atau penampilan seni. Kegiatan malam yang dilakukan  ditempat terbuka seperti dilapangan bola kaki, halaman yang luas dengan panggung dan tenda yang luas dilengkapi dengan banggku dan meja. Kegiatan malam dimulai setelah waktu shalat isya.

 

Masyarakat Simeulue dalam kegiatan melawat, malam hari biasanya dilakukan dengan acara hiburan seperti bekibot, namun sebagian masyarakat juga tidak menggunakan kibot tetapi cukup untuk menampilkan seni yang ada dalam daerah itu sendiri. Penggunaan kibot jarang diterapkan dalam masyarakat simeulue dan saat ini kibot sudah tidak dibenarkan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

 

Melawat bertujuan untuk mempererat silaturrahmi antara sesama dalam berorganisasi, bermasyarakat dan erat kaitannya dengan syariat, dimana agama menganjurkan kita untuk kunjung mengunjungi atau silaturrahmi sejauh tidak mendatangkan kemudaratan dan masalah. Sementara itu, manfaat melawat dapat meningkatkan berbagai prestasi dalam bidang olahraga, menjauhkan diri dari permusuhan, rasa dendam, dengki, membangun hal dalam kebaikanm. Selain itu juga, menghindari hilangnya tradisi dan melestarikan tradisi dan ada istiadat Simeulue.

 

 

Saat itu, masyarakat lebih terbiasa dengan istilah manjalang, hanya saja manjalang yang dilakukan masyarakat setelah shalat lebaran dan hanya dilakukan beberapa keluarga artinya manjalang lebih ke acara keluarga besar atau keluaga dekat sehingga manjalang bisa dilakukan bermalam atau bisa juga dilakukan sehari saja.

 

Selain itu, ada lagi istilah tamu lapangan yang  dilakukan sama seperti melawat, perbedaan tamu lapangan dan melawat adalah tamu lapangan dilakukan dari pagi sampai sore hari sedangkan melawat dari pagi sampai esok hari artinya melawat ini dilakukan dengan bermalam.

 

Saat ini tradisi melawat masih berkembang dalam masyarakat,  tidak akan dilupakandan  akan terus dilestarikan oleh masyarakat Simeulue. Hal yang sudah wajib dilakukan dalam dua atau tiga tahun sekali. Manfaat tradisi ini terutama dapat memperbaiki tali silahturahmi, mempererat rasa persaudaraan, hubungan pertemanan dan dapat menjalin kerukunan.

 

Tradisi melawat ini sudah tidak asing, saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat. Tidak hanya masyarakat yang melakukan lawatan antar desa, begitupun dengan siswa-siswi tingkat  SMP dan SMA juga melakukan acara melawat. Mereka mengunjungi sekolah lain dengan berbagai acara perlombaan. Harapannya tradisi ini bisa terus dilestarikan sebagai warisan budaya kepada anak cucu.

Bagikan
Skip to content