Sabang, Mengesankan untuk Selamanya

4 Januari 2022 | BBG News

Dimuat di Serambi Indonesia, edisi Selasa 4 Januari 2022

OLEH MELINDA RAHMAWATI, Mahasiswi Pendidikan Sejarah Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka, sedang mengambil Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Universitas BBG, melaporkan dari Banda Aceh

Di pengujung tahun 2021, saya bersama teman-teman yang mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Aceh melalui kegiatan Modul Nusantara melakukan salah satu kegiatan terakhir kami, yakni Kegiatan Kebinekaan: Etnogeografi.

Kegiatan ini berupa pengenalan keunikan Provinsi Aceh, salah satunya tentang titik 0 Kilometer Indonesia yang terletak di Pulau Weh.

Provinsi Aceh memiliki 13 subetnis sekaligus menjadi tempat dari titik paling ujung garis wilayah barat Indonesia.

Kami berangkat dari Banda Aceh melalui Pelabuhan Ulee Lheue di Banda Aceh dan tiba di Pelabuhan Penyeberangan Balohan, Kota Sabang, 40 menit kemudian.

Pemandangan Selat Malaka dengan langit yang cerah, ditambah gugusan bukit dan pegunungan yang tampak dari jauh, menemani perjalanan kami.

Setiba di Pelabuhan Balohan, kami dijemput oleh pemandu dan dibawa ke Tugu “I Love Sabang” dan berfoto di sana.

Selanjutnya kami menuju pinggir pantai Ujung Kareung untuk makan siang.

Bagi sebagian kami, makan siang ditemani debur ombak Selat Malaka menjadi sebuah pengalaman yang amat mengesankan.

Provinsi Aceh memiliki 13 subetnis sekaligus menjadi tempat dari titik paling ujung garis wilayah barat Indonesia.

Kami berangkat dari Banda Aceh melalui Pelabuhan Ulee Lheue di Banda Aceh dan tiba di Pelabuhan Penyeberangan Balohan, Kota Sabang, 40 menit kemudian.

Pemandangan Selat Malaka dengan langit yang cerah, ditambah gugusan bukit dan pegunungan yang tampak dari jauh, menemani perjalanan kami.

Setiba di Pelabuhan Balohan, kami dijemput oleh pemandu dan dibawa ke Tugu “I Love Sabang” dan berfoto di sana.

Selanjutnya kami menuju pinggir pantai Ujung Kareung untuk makan siang.

Bagi sebagian kami, makan siang ditemani debur ombak Selat Malaka menjadi sebuah pengalaman yang amat mengesankan.

Benteng ini menjadi saksi dari pendudukan Jepang di ujung Selat Malaka ini.

Selanjutnya, kami bergerak menuju titik Nol Km Indonesia di Iboih.

Perjalanan ke titik ini terbilang panjang, sekitar satu setengah jam dengan jalan yang berliku.

Hari telah senja saat tiba di Tugu Nol Km Indonesia.

Kami berfoto bersama di Tugu Nol Km tersebut dan menikmati suasana senja di sana.

Selengkapnya dibaca di https://aceh.tribunnews.com/2022/01/04/sabang-mengesankan-untuk-selamanya?page=2.

Bagikan
Skip to content