Ranup Sigapue untuk Tamu Internasional

18 Mei 2017 | BBG News

Tangan   yang lentik dan  tubuh mereka yang lentur menghasilkan gerakan indah dan memukau. Tidak lama kemudian perempuan-perempuan tersebut turun panggung. Dengan senyum memikat, mereka menawarkan ranup sigapu—sebagai tradisi masyarakat Aceh dalam menyambut tamu—kepada tamu-tamu internasional pada pembukaan perhelatan koferensi akbar Internasional Conference On Innovative Pedagogy (ICIP) yang berlangsung di Plenary Hall STKIP BBG, Kamis (18/5). Selain ranup lampuan, pembukaan juga ditandai dengan pemukulan rapa’i oleh Ketua CAPEU Prof. Zakaria Kasa, Sekretaris Dirjen Belmawa Kemenristekdikti Prof. Dr. Rina Indiastuti, Ketua STKIP BBG Lili Kasmini, M.Si., dan Koordinator Kopertis Wilayah XIII Aceh Jamaluddin, Idris, M.Ed.

Wakil Walikota Banda Aceh Drs. H. Zainal Arifin menyampaikan selamat datang  kepada para undangan, terutama narasumber yang dihadirkan dari negara tetangga. Pemerintah Banda Aceh memberikan apresiasi atas acara ini. Kegiatan ini dapat memperkaya wawasan,  memberikan perspektif baru dan menyediakan ruang diskusi kepada pendidik,  calon pendidik, pegiat pendidikan,  dan masyarakat luas. Menurutnya, pedagogik sangat perlu akibat perubahan pendidikan dari dampak globalisasi. Masih banyak permasalahan  yang menghambat guru dalam meningkatkan  kemampuannya baik tantangan  eksternal maupun internal. “Kegiatan pada hari ini sangat luar biasa. Mudah-mudah acara ini menjadi pelopor kerja sama antar lembaga pendidikan di Asia tenggara,”ujarnya.

Ketua STKIP BBG Lili Kasmini, M.Si. menyatakan bahwa seminar ini merupakan hasil kerja sama dengan Kopertis Wilayah XIII Aceh.  Tujuannya untuk  meningkatkan  kualitas  pendidikan pedagogik. Selain itu, seminar ini bisa  menjawab tantangan  yang dihadapi dalam rangka mewujudkan visi misi kampus STKIP BBG yang mandiri, unggul, dan religius. “Terima kasih tamu undangan dari Kemenrisktekdikti, pemerintah daerah, dan perwakilan dari negara tetangga,”ujarnya.

Koordinator Kopertis Wilayah XIII Prof. Jamaluddin Idris, M.Ed. menyatakan bahwa kegiatan ini bisa memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan Aceh. Selama ini, pendidikan kita masih kurang dalam hal SDM. “Dengan adanya kegiatan ini bisa ada penyegaran, tumbuh gagasan baru yang inovatif bagi para pegiat pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidkan,”ujarnya.

Prof. Dr. Rina Indiastuti, SE,  menyatakan bahwa Indonesia masih tertinggal dalam bidang SDM dan lapangan kerja. Maka, melalui seminar ini  diharapkan ada  hasil yang menyelesaikan  masalah bangsa dalam bidang pendidikan. Ilmu pendidikan tidak hanya mencerdaskan bangsa tetapi bisa meningkatkan tenaga kerja yang  produktif, profesional, dan kompetitif.  “Tanggung jawab besar para pendidik bukan saja mencetak  lulusan yang cakap dalam bidang kognitif, tetapi juga berkarakter dan mampu bersaing dalam dunia kerja baik di dalam negeri maupun luar negeri,’ujarnya.

Kegiatan diselingi dengan pemberian cinderamata dari Ketua STKIP BBG Lili Kasmini, M.Si. kepada Prof. Dr. Rina Indiastuti, SE,  Prof. Dr. Dato Zakaria Kassa, Drs. H. Zainal Arifin, dan Prof. Jamaluddin Idris, M.Ed.

Selain  Prof. Dr. Rina Indiastuti, SE., M.Si. E. sebagai keynote speaker, ada enam pembicara lagi yang akan mengisi seminar yakni Prof. Dr. Dato Zakaria Kassa (President CAPEU), Prof. Dr. Hue Ming Tak (Head of the Department of Special Education and Counselling, The Education University of Hong Kong), Assoc. Prof. Dr. Adanan Bin Basar (Pemangku Ra’es Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan (KUPU SB Brunai Darussalam), Assoc. Prof. Dr. Goh Swee Choo (Faculty of Education and Human Development UPSI, Malaysia), Assoc. Prof. Dr. Sukree Langputeh (Deputy Rector for International Relations and Alumni Fatoni University, Thailand), dan Prof. Dr. Jamaluddin, M.Ed. (Coordinator of Kopertis XIII Aceh Region).

Prof. Dr. Dato Zakaria Kassa dalam materinya menyatakan bahwa dalam menghadapi tantangan dunia pada abad 21 ini  terutama dalam hal  pendidikan kita harus menggalakkan pembelajaran inovatif dan konstekstual berbasis ICT. Beliau juga menyatakan bahwa pendidikan harus berpusat pada anak (student center). “Sudah saatnya kita meninggalkan pembelajaran konvensional untuk menjawab tantangan global,”ujarnya.

Prof. Dr. Hue Ming Tak menyatakan bahwa dalam menghadapi tantangan pendidikan global, guru harus memahami dan menghargai  keberagaman etnis dan budaya (multikultural) siswa. “Dalam meningkatkan kualitas pendidikan kita harus menghargai perbedaan dan mengenyampingkan  SARA dan egoisme pribadi,”ujarnya.

Hadir juga Ketua APTISI Aceh, pejabat pemerintah, perwakilan PTN dan PTS se-Aceh, perwakilan Dinas Pendidikan, perwakilan TVRI dan Serambi Indonesia.

Bagikan
Skip to content