Praktik Mengajar Ala Kurikulum Merdeka

16 November 2020 | BBG News

Serambi Indonesia, Senin (16 November 2020)

Intan Makfirah, Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia STKIP Bina Bangsa Getsempena. Sedang menjalani PLP di SMA Keberkatan Olahraga Negeri Banda Aceh.  Melaporkan dari Banda Aceh

STKIP BBG Banda Aceh telah menjadi kampus yang menerapkan kurikulum merdeka. Hal ini tentu saja menjadi hal yang sangat baik mengingat belum banyak kampus yang  menerapkannya. Namun demikian, kurikulum merdeka juga membawa beberapa perubahan pada kampus ini, salah satunya adalah program PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) untuk mahasiswa semester VII kini telah berubah menjadi PLP (Pengenalan Lapangan Persekolahan). Bukan hanya namanya saja yang berubah, namun kegiatan yang dilakukan para mahasiswa juga ikut berubah. Tadinya, para mahasiswa hanya diharuskan mengajar layaknya guru di sekolah dengan tetap mendapatkan bimbingan dari pamong yang merupakan guru asal sekolah yang telah ditetapkan sebagai pembimbing sekaligus pemberi nilai akhir pada mahasiswa nantinya. Kini,  pada program PLP terdapat penambahan pola bimbingan pengenalan lapangan yang terdiri dari pengenalan sekolah, penyusunan perangkat pembelajaran, media pembelajaran, praktik mengajar, dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Perbedaannya, mahasiswa praktik tidak hanya mendapatkan bimbingan dan penilaian pamong tetapi juga dari dosen. Semua kriteria yang disebutkan di atas dibimbing dan dinilai oleh dosen yang berbeda. Selain dosen pembimbing yang bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap mahasiswa praktik di sekolah, ada juga dosen yang membimbing khusus tentang perangkat pembelajaran sampai PTK. Hal ini berbeda jauh dengan PPL yang hanya terdiri dari satu dosen pembimbing untuk satu sekolah. Masing-masing kriteria tersebut juga dihitung dalam beberapa SKS layaknya perkuliahan.

Kegiatan dari kurikulum merdeka ini tentunya akan sangat berdampak baik, baik itu bagi mahasiswa maupun bagi sekolah tempat mahasiswa PLP itu sendiri. Program ini akan melatih para mahasiswa agar tidak hanya mahir dalam mengajar, namun juga akan mampu dalam mengembangkan sekolah tempatnya melakukan pengenalan lapangan persekolahan.  Mereka juga nantinya akan dapat menghasilkan karya ilmiah dari penelitian tidakan kelas yang dilakukan, sehingga kegiatan ini akan memberikan banyak manfaat.

Saya melakukan PLP di SMA Keberbakatan Olah Raga Negeri Banda Aceh. SMA ini merupakan sekolah yang dibangun oleh Dispora (Dinas Pemuda dan Olahraga) untuk para atlet yang ada di Aceh. letaknya di Lhong Raya, tepatnya di dalam stadion Harapan Bangsa. Para atlet dari berbagai cabor bersekolah disini, berasal dari berbagai daerah di Aceh. Di  belakang gedung sekolah terdapat asrama, memudahkan jarak tempuh mereka ke sekolah dan tempat latihan. Mengajar di sekolah atlet ini sangat berbeda  dengan sekolah biasa. Keaktifan mereka jauh dari anak-anak sekolah biasa. Hal ini tentu saja terjadi mengingat mereka yang berbakat di lapangan. Sekolah dimulai pukul 09.00 WIB. Mereka diwajibkan melakukan latihan pagi, sehingga jam masuk pun berbeda dari sekolah lainnya yang mayoritas masuk pukul 07.30 WIB atau pukul 08.00 WIB. SMA Keberbakatan Olah Raga Negeri (SMAKON)  baru berdiri sekitar dua tahun, sehingga baru ada siswa Kelas X dan XI. Oleh karena itu,  peran mahasiswa PLP tentu akan sangat membantu dalam upaya pengembangan sekolah menjadi semakin baik. Hal ini juga diungkapkan oleh kepala sekolah dan para guru saat penyambutan kami.

Saya disatukan dengan para mahasiswa PLP dari prodi lain. Dari Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia terdapat dua orang, aku dan seorang rekanku, lalu Prodi Pendidikan Bahasa Inggris dua orang, Prodi Pendidikan Matematika satu orang, dan Prodi Pendidikan Jasmani lima orang. Wajar lebih banyak mahasiswa Penjas karena sekolah berbasis olahraga. Selain itu,  mereka berlima juga merupakan para atlet sehingga bisa membantu sekolah. Hanya beberapa dari mereka saja yang aku kenali, yang lainnya hanya sekedar tau saja.

Rasa cemas menghantui saat pertama menginjakkan kaki di sekolah. Mengingat kamilah mahasiswa perdana yang melakukan program PLP ini. Kekhawatiran lainnya adalah menghadapi para guru, siswa, dan pola mengajar sesungguhnya. Rasa khawatir itu sirna sejalan dengan PLP yang sedang kami jalani. Ternyata tidak seperti yang saya bayangkan.  Para guru SMAKON sangat ramah, mereka dengan tenang membimbing kami. Bahkan kepala sekolahnya pun juga sangat ramah. Beliau tidak segan berbincang, berbagi pengalaman dan juga memberi masukan untuk kami. Koordinator kami juga tak kalah ramah, beliaulah yang memberitahu segala hal tentang sekolah ini. Beliau juga kerap meminta masukan dan saran dari kami untuk kebaikan sekolah ini.  

Masing-masing kami juga diberikan guru pamong, disesuaikan dengan pelajaran yang diampu. Pamong saya dan teman saya guru bahasa Indonesia sangat baik dan ramah. Beliau membantu kami dalam banyak hal, dari dalam hal penyusunan RPP sampai saat menghadapi para siswa.

Para rekan seperjuangan merupakan orang-orang yang humble, sehingga sangat mudah berinteraksi dan berbaur. Para siswa yang tadinya menjadi kekhawatiran terbesar, kini sudah tidak lagi. Mereka sangat ramah dan hormat, hal ini terlihat saat proses belajar mengajar terjadi. Walau merupakan para atlet, mereka tetaplah para remaja yang beranjak dewasa, untuk mendapat perhatian mereka, kita harus pandai-pandai menyesuaikan diri, tidak dengan memarahi mereka habis-habisan saat tidak membuat tugas, namun lebih ke memahami apa kendala mereka dan berusaha memberikan jalan keluarnya. Karena sebagai seorang guru, kita bukan hanya pengajar, namun juga fasilitator bagi para siswa.

Karena keaktifan mereka dalam bidang olah raga, dan rasa lelah yang dihasilkan dari latihan rutin yang setiap hari harus mereka lakukan, mungkin membuat mereka agak merasa kurang menyukai berbagai materi ajar yang monoton di kelas. Oleh karena itu,  kecerdasan guru dalam menyusun perangkat, media, dan model pembelajaran sangat dibutuhkan, untuk menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga para siswa merasa antusias dan menyukai materi ajar yang diberikan. Hal inilah yang kini tengah kami usahakan, dengan berkonsultasi dengan dosen dan guru pamong, agar dapat sukses dalam penguasaan kelas. Penerapan model pembelajaran yang sesuai juga dapat kami jadikan bahan penelitian tindakan kelas nantinya, sehingga kami bisa menghasilkan karya ilmiah dengan menerapkan model pembelajaran. Selain itu, keaktifan para siswa juga dapat disalurkan dengan ekstrakulikuler, yang juga merupakan salah satu program PLP, maka dari itu kami juga mengupayakan mengembangkan ekstrakurikuler yang cocok bagi mereka, pastinya tidak hanya dalam bidang olah raga, namun juga dalam bidang lainnya, sehingga bakat para siswa tidak hanya dari satu bidang saja.

Kami berharap dengan PLP ini dapat membawa perubahan bagi sekolah, juga dapat bermanfaat baik bagi diri kami sendiri, kampus, dan orang banyak. Semoga saja program ini bisa berjalan dengan baik dan sesuai harapan.

Bagikan
Skip to content