Aldha Firmansyah, Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia dan anggota UKM Jurnalistik STKIP BBG, Melaporkan dari Sabang
PONSEL saya berbunyi sebagai pertanda ada pesan masuk. Saya mengambilnya dan membaca ternyata ada pesan pemberitahuan kawan di grup. Seorang kawan mengajak untuk berlibur ke tempat wisata Gua Sarang yang terletak di Gampong Iboih, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang. Tempat wisata ini juga sangat terkenal dan menantang untuk para petualang. Seketika kami sangat senang untuk pergi berlibur walaupun cuma satu hari. Tentu saja kesempatan seperti ini tidak akan pernah kami sia-siakan.
Keesokan harinya kami bersiap dan berkumpul di rumah kawan. Travelling ala anak pulau sangat menyenangkan. Ada sebagian teman kami yang membawa alat berenang. Selebihnya hanya membawa peralatan foto saja.
Selama perjalanan kami bernyanyi bersama menikmati liburan satu hari ini. Sepanjang jalan kami disuguhi pesona hamparan laut biru dan rerimbunan pepohonan yang terhampar menyelimuti perbukitan hingga tampak seperti permadani hijau di kejauhan. Kami mulai melalui medan yang sangat tajam. Jalanan yang penuh dengan tikungan, hutan yang sangat lebat, bahkan jurang yang terhampar lebar berada di kanan kiri jalan.
Salah satu teman kami mengambil foto dan video untuk mendokumentasikan kegiatan kami. Perjalanan ini sangat jauh hingga perlu menempuh waktu kurang lebih satu jam. Tepat di tanjakan Cot Murong, teman-teman saya yang perempuan histeris ketakutan karena banyak monyet yang berkeliaran di tengah jalan. Sangat mengganggu para pengendara motor yang melalui tanjakan.
Tanjakan ini merupakan jalan umum untuk pergi ke arah pantai Gapang, Gua Sarang, Pantai Iboih, dan Pulau Rubiah. Suasana tanjakan Cot Murong di perbukitan ini sangat asri dan sejuk. Membuat pikiran jernih dan hati tenang. Namun, sangat disayangkan, jika hujan lebat jalanan di tanjakan ini akan dipenuhi tanah longsor yang menutupi hampir memenuhi badan jalan. Hal ini sangat mengganggu aktivitas warga dan pengendara.
Tidak terasa kami pun sampai di Gua Sarang dan langsung memakirkan kendaraan di tempat yang telah ditentukan. Uniknya, parkiran ini terletak di tanjakan yang lumayan curam. Kami berjalan masuk. Saat tiba di lokasi, kami semua terpana akan keindahanya. Tampak laut yang biru dan bersih, tebing-tebing tinggi, dan batu-batu yang besar. Selain itu, di dalam juga terdapat ayunan. Suasana sangat ramai dipenuhi dengan wisatawan lokal maupun dari luar. Semua sangat menikmati pemandangan di tempat ini.
Di sini terdapat fasilitas wisata yang patut untuk dicoba, seperti fiber atau boat putih yang lumayan besar. Nah, kalau untuk soal pembayarannya sedikit mahal. 200.000 Rupiah untuk satu kali putaran. Jika ingin lebih dari satu putaran maka bayar lebih atau double. Batas maksimal penumpang 10 orang. Penumpang akan dibawa mengeliling laut biru. Empasan angin yang membuat suasana sejuk dan alam yang begitu indah. Bukan hanya berkeliling, tetapi wisatawan pun dapat mengabadikan momen di berbagai spot alam seperti tebing dan bebatuan alam.
Selain berkeliling menaik fiber kita juga bisa berenang sekaligus snorkeling. Spot alam selanjutnya adalah Gua Sarang. Di dalam gua ini terdapat banyak sarang burung walet.
Akan tetapi, untuk sekarang ini kita sudah tak bisa masuk lagi ke dalam Gua Sarang. Kami tidak tahu apa alasannya tak bisa masuk. Mungkin bisa jadi karena pandemi. Setelah berjalan-jalan mengelilingi tempat ini, kami duduk untuk beristirahat sekaligus makan siang dan menikmati air kelapa. Sembari bercerita, seorang kawan mengajak kami ke Ban Ceubeh Wahana yang letaknya hanya beberapa meter saja dari Gua Sarang.
Selanjutnya baca di Serambi News dengan judul “Pesona di Balik Keindahan Gua Sarang”, https://aceh.tribunnews.com/2020/09/24/pesona-di-balik-keindahan-gua-sarang.