Dimuat di Serambi Indonesia edisi Rabu, 30 April 2025
SITI RAFIDHAH HANUM, Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Anggota UKM Jurnalistik UBBG Banda Aceh, juga novelis, melaporkan dari Banda Aceh
Di setiap lembaga pendidikan tinggi tentu ada unit pelayanan terpadu yang melayani keperluan mahasiswa, salah satunya perpustakaan. Setiap mahasiswa bisa menggunakan fasilitas tersebut untuk meminjam buku, mengerjakan tugas, dan menyelesaikan skripsi selama perpustakaan masih dibuka pada jam kerja.
Pelayanan di perpustakaan menentukan kenyamanan pengunjung. Baik dari segi persyaratan menjadi anggota, meminjam buku, kecepatan pelayanan, maupun penggunaan teknologi. Termasuk denda terhadap pelanggaran yang dilakukan mahasiswa, tindakan petugas saat mendapatkan keluhan, ketersediaan buku, inovasi yang dilakukan petugas untuk menarik pengunjung, jam buka perpustakaan, kenyamanan yang ditawarkan, hingga biaya penggunaannya.
Namun, selama ini, bayangan orang tentang perpustakaan adalah ruang sunyi, suram, rak buku sampai ke langit-langit, buku-buku tebal berdebu, dan tidak menyenangkan. Kalau itu yang terlintas di pikiran, maka tak heran jika banyak orang enggan berkunjung ke di perpustakaan. Apalagi bila membayangkan sosok pustakawan yang cuek dan jutek.
Namun, tidak demikian halnya dengan perpustakaan di UBBG Banda Aceh. Universitas yang usianya hampir lima tahun ini memiliki fasilitas perpustakaan yang cukup memadai. Letaknya di lantai empat yang merupakan lantai teratas dari gedung kampus.
Jam operasionalnya dimulai dari pukul 08.00 hingga pukul 12.00, lalu kembali dibuka pukul 14.00 s.d. pukul 17.00 WIB.
Mahasiswa UBBG hanya perlu membawa kartu mahasiswa atau mengunduhnya di website Opensimka untuk masuk dan meminjam buku, sedangkan mahasiswa dari luar harus menyebutkan identitas beserta instansi asalnya.
Saat meniti anak tangga hingga tiba di lantai empat, mahasiswa akan menemukan loker tempat menyimpan tas. Keamanannya cukup terjamin dikarenakan ada kamera pengawas yang mengarah langsung ke loker. Koneksinya berada di dalam genggaman kepala perpustakaan.
Di dekat pintu masuk, ada rak sepatu. Mahasiswa bisa meletakkan sepatu di rak supaya terlihat rapi dan tidak terinjak-injak oleh orang lain. Namun, jika pengunjungnya sedang membeludak, sepatu yang tidak muat di rak tetap berceceran. Biasanya perpustakaan penuh pada jam kosong atau dosen memindahkan audiens kelas ke sana karena satu dan lain hal.
Setiap mahasiswa bisa melakukan presensi perpustakaan di komputer di dekat pintu masuk. Ada dua pilihan presensi, mengisi nama dan nomor induk mahasiswa secara manual atau melakukan pemindaian kartu tanda mahasiswa elektronik pada alat pemindai di dekat komputer.
Suasana di dalam perpustakaan cukup nyaman. Pendingin ruangan tersedia di setiap sudut, sehingga terasa sejuk. Kebersihannya sangat terjaga. Tak terlihat sedikit pun debu menempel di meja atau kursi. Buku-buku di rak tersusun rapi sesuai golongan serta kodenya, memang ada beberapa buku yang diletakkan tak sesuai dengan rak oleh mahasiswa, tetapi tidak banyak.
Jumlah bukunya sangat banyak. Ada buku ilmu linguistik, ilmu keperawatan, ilmu kebidanan, bahasa Inggris, kamus-kamus tebal, buku-buku sejarah, serta biografi tokoh-tokoh terkenal. Novel-novel terkenal seperti karya Habiburrahman El Shirazy, Asma Nadia, Erby S, Tere Liye, hingga karya Arafat Nur tersedia cukup banyak untuk dipinjam atau dibaca mahasiswa. Bahkan, ada dua judul novel karya mahasiswa UBBG turut dipajang di rak, yakni Presiden Santuy dan Tiada Cinta untuk Aya jilid 1. Kedua novel tersebut ditulis oleh Siti Rafidhah Hanum, mahasiswi semester 5 Pendidikan Bahasa Indonesia dengan nama pena Jurnal Hanum.
Baru-baru ini, perpustakaan baru saja selesai direnovasi. Mulanya perpustakaan hanya terdiri atas satu bagian saja, tetapi para staf mengembangkan inovasi dengan membagi ruangan menjadi dua lantai. Lantai atas khusus untuk mahasiswa yang tengah mengerjakan skripsi. Banyak sekali skripsi para mahasiswa terdahulu dipajang di sana sebagai referensi. Ada enam unit komputer turut disediakan agar bisa digunakan oleh mereka.
Di lantai satu perpustakaan pun terdapat beberapa unit komputer yang terkoneksi WiFi bebas digunakan oleh para mahasiswa yang hendak mengerjakan tugas. Terutama bagi mahasiswa yang belum memiliki laptop pribadi. Mereka bisa memanfaatkan fasilitas yang tersedia.
Uniknya, para mahasiswa bisa mengajukan judul buku atau novel yang diinginkan tersedia di perpustakaan melalui website. Staf perpustakaan akan mempertimbangkan saran dari mahasiswa, kemudian menyediakannya jika dirasa usulannya benar-benar bagus. Dengan adanya hal tersebut, dapat dipastikan bahwa perpustakaan sangat menjunjung tinggi kesenangan pengunjungnya, terutama mahasiswa.
Khusus untuk peminjaman buku, prosesnya sangat cepat. Mahasiswa hanya perlu memilih buku yang telah diberikan barcode, membawanya ke tempat peminjaman, menyerahkan kartu tanda mahasiswa, dan bisa membawa pulang buku tersebut. Waktu peminjamannya dibatasi selama seminggu. Jika terlambat mengembalikannya, akan dikenakan denda Rp500 per hari.
Mahasiswa dari instansi lain pun bisa memanfaatkan fasilitas perpustakaan UBBG. Baik untuk membaca koleksi buku, meminjam buku untuk referensi, maupun mencari inspirasi menulis skripsi sambil membaca skripsi yang dipajang di lantai 2 perpustakaan, dengan catatan memiliki kartu perpustakaan. Mereka hanya perlu membayar administrasi sejumlah Rp50.000.
Para pengunjung dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam perpustakaan, kecuali air mineral. Hal itu sengaja diberlakukan agar zat asam yang terkandung di dalam minuman berwarna atau makanan tidak mempercepat kerusakan buku. Namun, itu sudah menjadi peraturan umum di hampir semua perpustakaan di lembaga pendidikan, bahkan di perpustakaan wilayah.
Perpustakaan UBBG sudah memiliki SOP yang jelas terkait berbagai aspek pelayanan, seperti peminjaman, pengembalian, dan pengusulan buku. Prosedur peminjaman yang cepat, aturan denda keterlambatan, serta pengelolaan bahan bacaan yang melibatkan usulan buku dari prodi dan pengadaan buku, menggambarkan bahwa perpustakaan menjalankan SOP yang terstruktur. Namun, ada beberapa area yang masih dapat diperbaiki, seperti pengelolaan jaringan yang lebih stabil dan peningkatan jumlah kursi untuk kenyamanan pengunjung.
Perpustakaan ikut menjadi faktor penentu tinggi atau rendahnya indeks literasi di lingkungan pendidikan, terutama perguruan tinggi. Mahasiswa harus banyak membaca agar wawasannya semakin luas, dengan begitu pikirannya akan lebih terbuka. Pandai beretorika pun disebabkan oleh banyak membaca hingga kaya akan kosakata.
Maka, agar pengunjung perpustakaan semakin banyak, perlu ada upaya untuk meningkatkan kualitas layanan, ada beberapa langkah perbaikan perlu dilakukan. Pertama, perbaikan fasilitas teknologi seperti peningkatan kualitas jaringan internet dan penambahan komputer dengan koneksi yang stabil akan mendukung aksesibilitas informasi yang lebih lancar.
Selain itu, penambahan jumlah kursi dan ruang baca akan mengakomodasi lebih banyak pengunjung, terutama pada jam-jam sibuk.
Perpustakaan juga bisa memperkaya program pelatihan atau workshop tentang kepenulisan, seperti literasi informasi, penggunaan perpustakaan digital, atau mendatangkan penulis Aceh untuk meningkatkan wawasan pengunjung. Tentunya masih ada banyak sekali inovasi baru perlu dipikirkan bersama untuk dikembangkan agar mahasiswa senang mengunjungi perpustakaan.
Artikel ini telah tayang di Serambi Indonesia dengan judul “Perpustakaan UBBG Semakin Berkembang, Semakin Nyaman”, https://aceh.tribunnews.com/2025/04/30/perpustakaan-ubbg-semakin-berkembang-semakin-nyaman?page=all.