BANDA ACEH, BBG NEWS–Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia (PENBI) STKIP BBG Banda Aceh melaksanakan Kegiatan Bedah Film “Surat Kaleng”. Kegiatan berlangsung secara daring pada Selasa, (11/08/2020). Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Kegiatan yang merupakan ouput dari penelitian dosen pemula dengan tema meningkatkan rasa nasionalisme dalam upaya menangkal radikalisme diikuti oleh guru, mahasiswa, dan siswa di Banda Aceh.
Rismawati selaku ketua pelaksana mengatakan bahwa acara ini merupakan ajang untuk menambah wawasan mengenai film. Selain itu, kegiatan ini sebagai salah satu program Prodi di masa pandemi. Menurutnya film pendek yang peluncurannya dibiayai oleh Kemendikbud tersebut layak ditonton dan dijadikan media pembelajaran dalam upaya menangkal radikalisme. Pemateri kegiatan tersebut adalah Azhari, penulis naskah dan Faisal Ilyas selaku produsen film.
Kegiatan dimulai dengan pemutaran film, lalu dilanjutkan dengan pemaparan oleh pemateri. Azhari selaku penulis, mengaku bahwa cerita yang terkandung di dalam film ini berfokus pada peristiwa peristiwa kecil yang jarang dibicarakan dalam beberapa literasi. Surat kaleng merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kemerdekaan Indonesia. Surat ini bersifat undangan kepada gubernur Aceh untuk menghadiri acara kongres Sumatera.
Faisal Ilyas selaku produser menambahkan bahwa film ini bercerita tentang seorang ulama yakni Daud Beur’eh yang berlatar belakang pendidikan pesantren. Beliau mendukung untuk mendirikan negara Indonesia. Dalam film yang disutradarai Fauzan Santa ini mengisahkan tentang tokoh utama menginginkan Aceh tetap bergabung bersama NKRI. Sang produser juga mengungkapkan bahwa timnya mempunyai impian membuat genre film yang lebih panjang. Film ini juga diakuinya telah diputar lebih dari 10 Kabupaten di Aceh dan diminati masyarakat.
Rika Kustina, M.Pd., Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia menyatakan bahwa kegiatan ini sangat bagus dan terlebih film yang diangkat bercerita tentang sejarah Aceh. Kegiatan seperti ini patut diapresiasi dan harus sering dilakukan terutama lembaga yg bergerak dibidang pendidikan. Melalui kegiatan seperti inilah mereka (para generasi muda) khususnya mahasiswa mengenal sejarah dan budaya. Banyak diantara mereka yang sudah tidak mengenal akan sejarah dan budaya daerahnya. Kalau kita minta mereka membaca ini sangat sulit mengingat hobi mereka bukan membaca melainkan pentengin status medsos.
“Nah, dengan adanya media seperti film kemudian dibedah secara mendalam oleh pakarnya ini menjadi berbeda dan menarik. Kita harapkan ini bisa menjadi sumber pembelajaran bagi generasi muda khususnya mahasiswa,”pungkasnya. Kegiatan dimediasi oleh Wahidah Nasution (Dosen PENBI BBG)
Laporan: Intan Makfirah