Nazam Aceh, Karya yang Kaya Sentuhan Religi

2 November 2018 | BBG News

Hendra Kasmi,  Dosen Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah STKIP BBG

Menurut KBBI nazam adalah puisi yang berasal dari Parsi, terdiri atas dua belas larik, berima dua-dua atau empatempat, isinya perihal hamba sahaya istana yang setia dan budiman. Di Aceh, nazam merupakan karya sastra yang sudah membudaya dan sudah turun temurun. Nazam Aceh sarat dengan nilainilai religi.

Bahkan hampir semua nazam Aceh memaparkan tentang petuah-petuah keagamaan, hukum agama, sejarah kerasulan, dan moral yang berlandaskan Islam. Nazam Aceh kaya akan sentuhan spiritual. Salah satu nazam Aceh yang sarat dengan nilai agama berjudul Mate-Mate. Berikut penggalannya. Mate mate geutanyoe mate. Koen udeep sabee sinoe di donya. Nyoe gampong donya teumpat singgahan. Akhirat taulan yang keukai baka. (Mati mati kita akan mati. Tidak hidup selamanya di dunia. Dunia hanyalah tempat singgahan. Akhirat taulan tempat hidup kekal).

 Nazam tersebut menceritakan tentang kematian. Pesan tersirat yang terkandung dalam hikayat tersebut bahwa kita tidak boleh terlena dengan kehidupan dunia. Alam akhirat adalah alam yang kekal selama-lamanya. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan bekal yang banyak untuk kembali ke alam akhirat.

Nazam lainnya yang sarat dengan nilai agama berjudul Ibu dan Ayah. Berikut penggalannya. Watee geutanyoe masa lam kandong. Poma nyang tanggong mandum derita. Saket lam tuboh sampe lam tuleung. Oh kaseb buleuen meutarong nyawa. (Ketika kita dalam kandungan. Ibu yang tanggung semua derita. Sakit dalam tubuh sampai ke tulang. Ketika sampai bulan bertaruh nyawa). Nazam tersebut menceritakan tentang perjuangan sang ibu selama melahirkan.

Nazam mengandung pesan tersirat bahwa sudah sepantasnya sang anak mengabdi dan taat terhadap orang tuanya. Perintah untuk taat pada orang tua tertuang dalam Al Quran dan hadist nabi. Ada juga nazam Aceh yang memaparkan tentang sejarah kebudayaan Islam, terutama sejarah kerasulan. Berikut penggalannya. Mandum nabi beutaturi wahee taulan. 25 yang tersebut dalam al Quran. Pertama phon ulon suson nabi Adam. Nyan keuh intu wahee teungku mandum insan. Yang kedua wahee saudara nabi Idris. Dalam syurga dalam mata neutop iblis. (Semua nabi harus kita kenal wahai taulan. 25 nabi yang tersebut dalam Al Quran. Urutan pertama adalah Nabi Adam. Dialah indatu wahai teungku semua insan. Kedua Nabi Idris. Dalam surga dalam mata menutupi iblis).

Nazam tersebut menguraikan tentang sejarah 25 nabi beserta kelebihan dan tantangan yang dihadapi para saat menyampaikan dakwah. Selain itu, juga ada nazam tentang kelahiran nabi Muhammad saw. Berikut penggalannya. Oh ban leuh lahe di Rasulullah. Hana le ayah yang that tercinta. Ayah nabi saydil Abdullah. Ka kheundak Allah awai neubungka. (Setelah Rasulullah lahir ayah tercinta telah tiada. Ayah nabi bernama Saydil Abdullah.

Kepergiannya yang begitu cepat sudah kehendak Allah swt). Walau sebagian besar nazam Aceh identik nilai-nilai keislaman, namun ada juga nazam yang menyinggung tentang persoalan sosial masyarakat. Berikut penggalannya. Keu calon TKI haba ulon bi beuget that. Jak mita keudeh u lua ubohbeusihat. Fisik ngon mental bek bangai ngon gadoh ingat. Hoe nyan tujuan bahsa beumeuphom walau hana that.(Berikut kabar untuk calon TKI. Minta rezeki ke luar negeri tubuh harus sehat. Fisik dan mental jangan bodoh dan lupa ingatan.Ke mana pun pergi bahasa asing harus mengerti walau sedikit)

Nazam di atas berisi pesan terhadap calon TKI yang akan bekerja ke luar negeri.Sebelum berangkat hendaknya para calon TKI mempersiapkan diri dengan matang baik fisik maupun mental. Terlebih lagi harus menguasai bahasa Inggris. Walau tidak mendalami, Setidaknya bisa berkomunikasi dengan orang asing di luar negeri.

Pada era modern sekarang ini, nazamAceh yang kaya akan nilai-nilai religi perlahan-lahan lenyap digerus zaman. Bahkan sebagian besar generasi Aceh tidak mengetahui tentang karya sastra lama tersebut, apalagi membaca atau mendendangkannya. Pada era gadget ini mereka lebih suka menikmati lagu atau musik asing ketimbang seni budaya lokal.

Bahkan mereka begitu fasih melafalkan hiburan barat daripada nazam. Hal ini tentu saja menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan lembaga kebudayaan dalam upaya melestarikan budaya kearifan lokal, khususnya nazam Aceh. Tentu saja masyarakat harus juga ikut mengupayakan mengembangkan seni kearifan lokal sebagai warisan budaya endatu. Semoga akan lahir generasi yang mencintai dan bangga dengan budayanya.

Artikel ini dapat dibaca juga di http://aceh.tribunnews.com/2018/10/07/nazam-aceh-karya-yang-kaya-sentuhan-religi.

Bagikan
Skip to content