Serambi Indonesia, Edisi Senin (28 September 2020)
Sifa Salsabila, Mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh. Anggota UKM Jurnalistik kampus setempat, melaporkan dari Kota Subulussalam
Libur semester genap hampir berakhir. Kami tidak ingin menyia-nyiakan waktu libur yang tinggal sedikit lagi ini. Ancang- ancang mengisi waktu libur mulai dipikirkan. Saya bersama beberapa teman berembuk terlebih dahulu, wisata mana yang akan dikunjungi. Ada beberapa tempat wisata yang membuat kami bingung untuk memilih. Seorang teman memberikan beberapa pilihan di antaranya Air Terjun SKPC, Air Terjun Nantampuk Mas, Arum Jeram Lae Kombih, Air Terjun Kedabuhan, Irigasi Sungai Namo Buaya, atau Air Terjun Silangit- langit. Setelah berpikir panjang kami memilih untuk berkunjung ke Air Terjun Nantampuk Mas. Air Terjun Nantampuk Mas berlokasi di Dusun Laembetar, Desa Laebersih, Kota Subulussalam. Dari pusat Kota Subulussalam menuju Desa Laebersih berkisar lima sampai sepuluh menit perjalanan.
Kota Subulussalam merupakan salah satu kotamadya di Aceh hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Singkil yang juga dikenal dengan sebutan Kota Syekh Hamzah Fansuri. Selain itu, Subulussalam juga menyuguhkan berbagai objek wisata yang dapat dikunjungi baik oleh masyarakat setempat maupun bagi pendatang. Seperti yang lain, kota ini juga memiliki potensi wisata yang tak kalah menarik. Mulai dari wisata air terjun, arung jeram, jembatan, dan wisata lainnya.
Ibu menyiapkan beberapa bekal untuk persiapan kami nanti. Sebelum berangkat Ibu memasak ‘peleng’. Peleng adalah salah satu makanan khas asal Subulussalam. Nasi peleng ini mempunyai warna yang cerah yaitu warna kuning, nasi yang telah dimasak lalu akan ditumbuk dengan campuran kuah ayam yang bewarna kuning. Sehingga membuat bulir nasi yang seperti biasanya kita konsumsi menjadi lumat dan lebih lembut. Apalagi ketika proses penumbukan nasi dibubuhi dengan kuah ayam masak kuning yang membuat nasi akan sangat terasa bumbu khas atau rempah- rempah dari kuahnya. Peleng ini biasanya disajikan pada acara- acara besar atau acara penting saja. Peleng ini disajikan dengan ayam yang berkuah kuning dengan aroma bumbu yang sangat khas, masyarakat sekitar menyebutnya ‘Peleng si cina mbara’ yang artinya peleng cabai merah. Karena kebiasaan dari orang tua dahulu menikmatinya dengan cabai merah mungkin. Melihatnya saja sudah menggugah selera.
Setelah selesai makan saya dan teman- teman langsung menuju tempat tujuan yakni Air Terjun Nantampuk Mas dari Kota Subulussalam. Matahari pagi memancarkan cahaya indahnya. Burung di dahan pohon berkicau riang.
Sepanjang perjalanan kami disuguhkan dengan pemandangan yang sangat sejuk, indah nan asri. Suatu nikmat keindahan yang menggambarkan kebesaran Allah swt. Di kiri kanan jalan tampak perkebunan milik warga setempat. Subulussalam memang terkenal dengan hasil dari perkebunan sawit yang melimpah. Termasuk di Desa Laebersih ini. Perkebunan karet, sawit, coklat, jagung, durian serta aneka buah lainnya memanjakan mata kami. Desa ini masih sangat asri, jauh dari hiruk pikuk kebisingan kota sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai pilihan objek wisata masyarakat.
Sekitar sepuluh atau lima belas menit akhirnya kami sampai di gapura Air Terjun Nantampuk Mas. Pengunjung yang ingin berkunjung ke tempat wisata air terjun ini tidak perlu membayar tiket untuk masuk. Hanya perlu membayar uang parkir saja, untuk motor seharga tiga ribu dan untuk mobil enam ribu rupiah. Namun jika hari libur tarif parkir akan naik. Jika tadinya untuk motor seharga tiga ribu maka di hari libur menjadi lima ribu dan untuk mobil sepuluh ribu rupiah.
Setelah membayar tarif parkir kami bergegas melanjutkan perjalanan menuju tempat tujuan. Dalam perjalanan kami harus melewati jembatan gantung atau masyarakat setempat menyebutnya Rambingan. Jembatan ini juga cocok dijadikan sebagai spot foto karena pemandangannya sangat menarik. Hamparan alam yang membentang luas ditambah lagi dengan sungai yang mengalir tenang tepat berada di bawah jembatan gantung tersebut. Di sana juga terdapat kolam renang. Apabila bagi pengunjung khawatir dengan sungai yang berarus bisa bermain di kolam renang yang telah disediakan. Tak perlu khawatir jika pengunjung kehabisan stok makanan karena di sepanjang tepi sungai jembatang gantung banyak masyarakat yang berjualan aneka makanan dan minuman. Selain itu, tempat ini juga dilengkapi dengan masjid untuk beribadah. Sehingga menambah kenyamanan pengunjung untuk berlibur ke Nantampuk Mas ini.
Sekitar lima belas menit kami mengendarai motor, kami harus berjalan kaki untuk menuju Air Terjun, karena jalan untuk naik ke atas tidak bisa menggunakan kendaraan. Kami harus berjalan kaki sekitar 20 menit. Namun jangan khawatir, selama perjalanan kita akan melihat bentangan alam yang masih sangat terjaga. Masih ada dua sungai yang harus kami lewati, dengan air yang dingin yang masih sangat alami dan sungguh menyegarkan mata.
Beberapa orang juga tengah asyik memancing di sungai yang baru saja kami lewati. Warga juga menyapa pengunjung yang datang termasuk saya dan teman-teman walaupun kami adalah warga setempat juga. Masyarakat di sini sangat menjaga keasrian alam dan kebersihan sehingga apa yang mereka jaga juga dapat membantu kelangsungan hidup mereka, seperti memancing tadi.
Suara deburan air dari ketinggian sudah mulai terdengar, kian menambah hasrat kami untuk segera sampai tujuan. Melewati bebatuan besar yang licin membuat kami sangat berhati-hati untuk melangkahkan kaki, saling bahu membahu saat melangkah hingga akhirnya kami sampai ke tujuan.
Benar saja, hempasan air yang jatuh dari ketinggian menambah kesejukan, dengan tebing tinggi yang menjulang menambah kesan gagah Air Terjun tersebut. Tempat wisata tersembunyi yang satu ini belum diketahui oleh banyak orang serta belum banyak pengunjungnya sehingga menjadikan air terjun ini masih sangat terlihat alami dan bersih. Tempat ini diapit oleh pegunungan dan bebatuan. Selain itu, tentunya dikelilingi hutan murni yang menjalar bak mahkota yang sungguh indah. Rasa lelah selama perjalanan akan terbayar jika melihat Air Terjun ini. Kami memutuskan membangun tenda untuk beristirahat sembari menikmati keindahan yang tuhan ciptakan.
Memang tempat ini tidak strategis karena agak jauh dari pusat ibu kota namun tak ada salahnya jika kita sedang lewat atau singgah di sini, sempatkan untuk mengunjungi potensi alam yang ada di dalamnya. Satu hal yang perlu diingat adalah jika berkunjung ke tempat wisata di sini perhatikan barang yang harus anda bawa serta jangan lupa untuk melestarikan alam dengan tidak membuang sampah sembarangan agar keasriannya tetap terjaga.