Menyusuri Ceuraceu Pudeng, Mutiara Alami yang Tersembunyi

21 Februari 2023 | BBG News

Dimuat di Serambi Indonesia, edisi Senin 20 Februari 2023

Anisa Tari, Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Anggota UKM Jurnalistik Universitas Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh, melaporkan dari Lhoong, Aceh Besar

ADA begitu banyak tempat wisata yang memukau di Kawasan Aceh Besar. Dari banyaknya tempat wisata, yang paling banyak diminati oleh masyarakat pasti diantaranya termasuk dataran tinggi seperti sebuah bukit dan gunung. Adapun pantai yang dihiasi tebing dan pegunungan. Serta sampai pada perairan seperti sungai, mata air, dan air terjun.

Saya punya salah satu tempat wisata di Provinsi Aceh yang belakangan ini belum banyak tersorot oleh media dan masyarakat luas. Kalau dikatakan air terjun, ini bukanlah penampakan air yang sedang terjun dari ketinggian, tetapi mengalirnya datar bertingkat tingkat. Dan setiap tingkatnya terdapat kolam kolam kecil yang alami. Namun jika tidak disebut air terjun maka disebut apa air ini? Benar, terkadang apa yang terlihat tidak selalu bisa dianalisa oleh logika. Dengan begitu maka sebut saja ini “Air Terjun” karena ia turun dan mengalir dari ketinggian.

Pengalaman perjalanan saya ke tempat ini tidak banyak, namun kenangan serta kenikmatannya masih tersimpan rapi dimemori saya. Saat itu memasuki bulan Desember. Ada begitu banyak tempat wisata, namun sayangnya sudah diborong habis mengingat saat itu adalah liburan akhir tahun. Saya bingung untuk mencari tempat lainnya yang masih sepi. Saat melakukan perjalanan menuju Puncak Gunung Geurutee saya masih belum memiliki tujuan akan tiba dimana. Saya berkendara menggunakan mobil Bersama teman teman saya. Tidak lama kemudian sampailah kami pada kabupaten Aceh Besar Kecamatan Lhoong. Daerah Lhoong merupakan sebuah daerah yang dekat dengan laut dan gunung sehingga menjadikan daerah ini sangat amat cocok untuk berwisata.

Terdapat sebuah desa di kecamatan Lhoong yaitu Desa Pudeng. Desa ini berada di kaki bukit Glee Bruek. Tidak saya sangka, ternyata ditepian bukit ini mengalir sebuah air yang sangat jernih dengan suasana yang masih sangat asri pula. Air itu mengalir itu diantara tebing tebing dengan  bebatuan. Saat itu wisata ini hanya tersorot oleh warga setempat dan masyarakat terdekat saja. Jadi sangat minim pengunjung serta masih sangat bersih dan alami.

Perjalanan saya dari kota Banda Aceh sampai ke Desa Pudeng ini menempuh jarak 58 kilometer dengan waktu tempuh 2 jam. Saya berangkat pada saat itu pukul 08.30 WIB dan tiba pada pukul 10.30 WIB. Sepanjang perjalanan saya menuju tempat tak terduga ini melewati dua gunung, diantaranya yaitu gunung Kulu dan gunung Paro. Saat itu saya terpikir untuk memasuki Desa Pudeng karena mendengar pendapat dari salah seorang teman saya yang sering melakukan perjalanan dan mengetahui banyak tempat wisata. Namun ia belum mengetahui pasti apakah benar ada destinasi wisata di Desa pudeng ini. Karena penasaran saya turun dari mobil dan bertanya dengan beberapa warga setempat. Setelah itu kami mengikuti arah dari salah seorang warga, akhirnya saya dan teman teman berhasil sampai tujuan.

Ternyata pintu masuk menuju wisata ini merupakan salah satu kebun dari penduduk Desa Pudeng. Dengan begitu ada  baiknya saya dan teman teman meminta izin terlebih dahulu untuk menyusuri jalan pintu masuk tersebut. Dari pintu masuk saya dan teman teman mengikuti jalan setapak yang bersisian dengan irigasi. Irigasi tersebut berasal dari air terjun Pudeng itu sendiri. Jalan yang kami lewati juga terbilang terjal karena hanya beralaskan tanah liat yang licin dengan beberapa batu berukuran batok kelapa.

Saat menyusuri jalan tersebut dari pintu masuk kebun warga, kami menghabiskan waktu selama 30 menit. Dan itu terbilang sedikit jauh masuk ke dalam. Seusainya kami melihat bebatuan yang menjulang tinggi menyerupai bentuk tebing dilengkapi dengan sedikit rumput dan lumut yang berwarna hijau muda serta aliran air jernih dan hawa yang begitu sejuk membuat saya dan teman teman terpukau oleh tempat wisata yang satu ini. Hal tersebut membuat saya dan teman teman tak dapat berhenti memotret dan memandangi kenikmatan alam yang sungguh luar biasa ini.

Dalam Bahasa daerah saya yaitu daerah Aceh kami menyebutnya Ceuraceu Pudeng atau bisa diartikan ke dalam Bahasa Indonesia yaitu Air Terjun Pudeng. Air terjun ini memang tidak begitu curam karena tidak terlihat seperti air yang sedang terjun namun, memiliki keindahan dan keasrian yang sangat apik. Saya dan teman teman berharap ketika destinasi ini terekspose dan dibuka untuk umum, pengunjung wisata ini tetap bisa menjaga tempat ini dengan sebaik mungkin. Karena akan sangat disayangkan jika nantinya wisata yang indah dan asri ini bertemu dengan manusia manusia yang tidak pintar menjaga serta merawat alamnya sendiri.

Tak lama bersua foto dan memotret keindahan alam sekitar tibalah saatnya moment yang ditunggu tunggu. Kami mengeluarkan perlengkapan memasak seadanya seperti kompor portable dan gas, wajan, sudip, serta bahan bahan masakan lainnya. Ditempat yang suasananya amat sejuk, biasanya sangat cocok untuk melakukan kegiatan memanggang. Tak butuh waktu yang lama untuk para wanita memasak. Setelah itu kami menyantap makanan tersebut. Dan tak lama kemudian kami pun tertidur dengan beralaskan matras sambil menikmati keindahan aliran air segar milik Desa Pudeng.

Pemerintah bisa memperhatikan dan mempromosikan tempat wisata ini kepada masyarakat luas. Destinasi yang indah seperti ini sayang kalau tidak tersorot oleh media dan para wisatawan. Apalagi susah untuk menyusuri tempat ini karena belum tersedianya alamat tempat di Maps. Selain Ceuraceu Pudeng saya yakin masih ada banyak tempat indah lainnya yang tersembunyi dibalik pohon pohon hijau serta gunung gunung yang tinggi. Mari pecinta alam dan para wisatawan kita telusuri seluruh alam terdekat untuk menemukan banyak keindahan alam yang masih tersimpan dan belum dinikmati.

Harapan saya,  Ceuraceu Pudeng ke depannya akan dibuka warung tempat makan dan minum, sehingga masyarakat yang berkunjung tak perlu repot repot menyediakan makanan dan minuman dari rumah atau memasak terlebih dahulu. Terakhir saya juga berharap adanya tempat yang layak dan aman untuk memarkirkan kendaraan baik mobil maupun motor di destinasi yang indah ini, yaitu Ceurace Pudeng Lhoong Aceh Besar.

Artikel ini telah tayang di Serambi Indonesia dengan judul “Ceuraceu Pudeng, Mutiara Alami yang Tersembunyi”, https://aceh.tribunnews.com/2023/02/20/ceuraceu-pudeng-mutiara-alami-yang-tersembunyi?page=all.

Bagikan
Skip to content