Menikmati Panorama Swastamita di Ujung Tanggul UBBG

10 November 2023 | BBG News

Dimuat di Serambi Indonesia edisi Jumat, 10 November 2023

ANISA TARI, Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia dan anggota UKM Jurnalistik Universitas Bina Bangsa Getsempena, melaporkan dari Banda Aceh

Swastamita berasal dari bahasa Sanskerta yang bermakna matahari terbenam. Matahari terbenam adalah waktu matahari menghilang di bawah garis cakrawala di sebelah barat.

Warna merah bercampur jingga di langit pada waktu matahari terbenam disebabkan oleh kombinasi hamburan Rayleigh warna biru dan tingkat kepadatan atmosfer Bumi. Hal itu menjadi keindahan alam yang dapat terjadi dengan sempurna apabila cuaca tidak mendung dan hujan.

Sebenarnya istilah matahari terbenam kerap disebut di kalangan kawula muda dengan istilah ‘sunset’. Sunset adalah sebuah kata dalam bahasa Inggris yang berarti matahari terbenam juga. Sunset bukanlah satu-satunya fenomena keindahan alam matahari. Sebelum matahari terbenam, matahari juga terbit. Matahari terbit disebut ‘sunrise’ dalam bahasa Inggris.

Sunrise juga fenomena yang hampir sama dengan sunset, cuma waktu dan keadaannya yang berbeda. Namun, mengapa sunset lebih populer daripada sunrise? Hal itu mungkin dikarenakan pada saat menjelang matahari terbenam, kawasan di sekitar tempat pemotretan lebih gelap sehingga fokus cahaya hanya ada pada cahaya sunset/swastamita.

Berburu tempat dan view yang bagus agar dapat melihat terbenamnya sang mentari sudah menjadi tradisi dan kebiasaan di kalangan muda-mudi zaman sekarang. Melihat matahari terbenam memang menjadi hal yang sangat diincar, pasalnya warna merah dengan campuran jingga di langit menjadi sebuah fenomena alam yang sangat indah untuk dipandang dan diabadikan.

Muda-mudi kerap berlomba-lomba untuk menangkap gambar atau memotret momen terbaiknya agar dapat diabadikan atau dijadikan konten di sosial media yang akan banyak menarik para viewer.  Suatu kebanggaan juga bagi konten kreator yang gemar mengunggah keindahan alam.

Tepat di depan Gedung Universitas Bina Bangsa Getsempena (UBBG) Banda Aceh terdapat tanggul dengan berbagai stan atau kedai minuman yang dilengkapi dengan makanan-makanan ringan sebagai camilan di sore hari. Tempat seperti ini sekarang kerap sekali menarik perhatian muda-mudi untuk singgah dan ngobrol bersama kenalan maupun teman sejawat.

Dari ujung kanan gedung UBBG sampai ujung kirinya semua dipenuhi deretan stan atau kedai minuman. Dari Jembatan Krueng Cut sampai Jembatan Lamnyong sering mengundang hasrat masyarakat untuk singgah menikmati suasana yang begitu tenang dengan hamparan sungai dari muara Alue Naga.

Duduk-duduk pada sore hari memang menjadi kebiasaan yang dilakukan masyarakat Indonesia, terutama di Aceh. Mencari tempat dengan paparan alam yang indah sudah menjadi tujuan kalangan remaja hingga remaja beranjak dewasa. Ini bukan berarti orang dewasa tidak menginginkannya. Namun, masyarakat atau orang dewasa kini telah usai pada masanya dahulu, kini sudah bergantian dengan umur yang lebih muda di bawahnya. Masyarakat atau orang dewasa kini sudah sibuk dengan dunia kerja dan persoalan kehidupan yang lebih besar dan ruwet. Tempat-tempat wisata maupun keindahan alam lainnya kini lebih banyak bahkan sering dikunjungi oleh kalangan muda.

Suasana sore hari di tanggul UBBG belakangan ini banyak diminati muda-mudi Kota Banda Aceh. Tanggul UBBG sangat dekat dengan Kota Pelajar dan Mahasiswa (Kopelma) Darussalam.

Kopelma Darussalam sebagian besar dihuni oleh anak kuliah dan anak sekolahan. Biasanya yang memiliki banyak beban tugas, kepikiran masa depan, dan masih memiliki jiwa muda, yaitu bermain, sering berkunjung atau singgah ke tanggul UBBG untuk menikmati suasana sore hari. Dari cuaca mendung hingga cuaca yang cerah cenderung panas stan atau kedai minuman tetap terisi.

Tidak jarang juga mahasiswa/mahasiswi yang bertempat tinggal jauh datang dan mengisi kursi meja stan atau kedai minuman di tanggul UBBG hanya untuk menikmati suasana sore hari hingga menunggu mentari terbenam.

Sangat besar antusiasme kawula muda Kota Banda Aceh untuk menangkap momen swastamita atau matahari terbenam di pinggir-pinggir pantai.

Suasana sore hari yang biasanya saya alami sendiri di tanggul UBBG ialah damai. Angin bertiup sedang hingga cenderung sedikit kencang menyapu helai demi helai rambut, tangan, hingga masuk melalui pori-pori kulit.

Menyejukkan dan menenangkan pikiran dengan hamparan sungai di hadapan amboi asyiknya. Jika biasanya sungai mengering maka tampak tanah yang ditumbuhi rumput kecil berwarna hijau muda agak kekuningan. Ditambah dengan kenikmatan aneka ragam minuman kekinian yang diracik langsung oleh tangan barista-barista andal. Ditemani aneka ragam makanan ringan seperti kentang goreng, bakso bakar, soimai, dan jajanan lainnya.

Tanggul ini juga tidak hanya menjadi tempat wisata atau tongkrongan anak muda, tetapi juga menjadi tujuan muda-mudi Kota Banda Aceh untuk membuat tugas sekolah hingga tugas kuliah. Tidak sedikit juga kalangan remaja hingga remaja yang beranjak dewasa bertahan hingga malam tiba di kawasan tanggul UBBG ini.

Saat waktu magrib tiba biasanya masyarakat yang menduduki/menyinggahi tanggul UBBG mampir ke Masjid Putih yang berjarak tidak jauh dari lokasi tanggul. Setelah selesai waktu magrib mereka kembali ke tanggul untuk menyelesaikan obrolan atau tugas yang mereka mulai dari sore hari sebelum magrib.

Tepat di depan sungai tampak jelas proses matahari tenggelam. Hal ini yang sangat banyak diminati oleh kaum muda Kota Banda Aceh. Perpaduan warna swastamita yang terpantul oleh air sungai membuat view atau pemandangan panorama ini jadi sangat indah. Melihat juga cahaya yang mulai meredup, kedai-kedai minuman menyalakan lampu lampu di sepanjang tanggul dari Jembatan Krueng Cut hingga ke Jembatan Lamnyong.

Menyaksikan swastamita atau matahari terbenam konon dapat meningkatan sensasi kekaguman. Akibat dari terdorongnya sensasi kekaguman ini, seseorang bisa mendapatkan suasana hati yang baik, serta perilaku sosial dan kesehatan mental yang baik.

Tanggul UBBG memang menjadi lokasi yang tepat untuk melihat swastamita hingga menjadi tempat berkumpulnya kaum muda untuk melepas penat, bercanda tawa, atau sekadar ngobrol, bahkan tidak jarang juga dijadikan tempat untuk menyelesaikan tugas, baik itu tugas sekolah, maupun tugas kuliah.

Namun, saran saya, bagi warga yang berkunjung ke tempat ini haruslah lebih memperhatikan kebersihan agar dapat menjaga lingkungan sekitar dengan tidak membuang sampah sembarangan. Karena, jika kita tidak menjaga tempat wisata yang kita kunjungi, lalu siapa lagi yang akan menjaganya?

Jika memang sudah waktunya shalat Magrib, hendaknya para penjual makanan dan minuman  tutup sementara dan segera menunaikan shalat Magrib. Hal ini juga untuk menjaga nama baik masyarakat Aceh sebagai provinsi yang dikenal kental dengan agama Islam. Untuk para pengunjung atau pelanggan tanggul diharapkan untuk segera menunaikan shalat Magrib saat azan berkumandang.

Semoga masyarakat Kota Banda Aceh dapat lebih mencintai alam dengan menjaga lingkungan serta tidak lupa dengan kewajiban ibadah sebagai umat muslim.

Artikel ini telah tayang di Serambi Indonesia dengan judul “Menikmati Panorama Swastamita di Ujung Tanggul UBBG”, https://aceh.tribunnews.com/2023/11/10/menikmati-panorama-swastamita-di-ujung-tanggul-ubbg?page=all.

Bagikan
Skip to content