Mendaki Puncak Gunung Sabi yang Bikin Kecanduan

21 Januari 2021 | BBG News

Serambi Indonesia, edisi 21 Januari 2021

Nurul Fadila, mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh, melaporkan dari Lembah Sabil, Aceh Barat Daya

Untuk pertama kalinya saya mendaki sebuah gunung yang tingginya tak pernah saya bayangkan karena saya tidak suka ketinggian. Namanya  Gunung Sabi (Batee Lhee) yang terletak di Desa Meurandeh, Kecamatan Lembah Sabil, Kabupaten Aceh Barat Daya. Bagi saya, mendaki itu sangat melelahkan dan tidak menyenangkan sama sekali, tapi setelah mendaki gunung ini secara langsung, tak bisa dipungkiri rasa lelah itu terbayar sudah.

Tak disangka ketinggian bisa membuat saya sangat berkesan. Hal yang hanya biasa  saya lihat di media sosial saja. Sungguh melihat dari media sosial dengan nyata itu sangat jauh berbeda. Saya lebih puas dan terpana dengan keindahan yang luar biasa sempurnanya, dan diwaktu itu saya juga mengganggap saya hanya makhluk kecil yang berdiri melihat kekuasaan Tuhan, yang menciptakan hal lainnya di dunia yang begitu besarnya dari saya. Takjub merasakan langsung diikuti angin sejuk, dan merasakan mata yang dilimpahi berbagai keindahan alam yang asri. Menyaksikan laut dari kejauhan dan hamparan tanah yang  luas, akhirnya saya sudah merasakannya sendiri.

Ternyata mendaki ini bikin kecanduan. Saya dan teman-teman pun untuk kedua kalinya mendaki kembali ke sana tanpa embel-embel tugas. Kami membawa bekal di jalan agar energi penuh sambil bercanda di tengah hamparan gunung. Langit  mendung tanpa disertai hujan tapi angin kencang sedikit menggoyahkan kami untuk mendaki. Saya dan teman-teman memilih berhenti sejenak lalu melanjutkannya ketika cuaca sudah normal dan pada akhirnya kami tiba di puncak. Sayang kalau momen seperti ini tidak diabadikan, yah dengan berfoto bersama-sama  kenangan dan perjalanan bersama teman-teman dapat dikenang.

Nah di puncak gunung tersebut ada beberapa batu besar yang katanya ada tiga, saya sendiri tidak menghitungnya karena keadaan batu yang sudah lama dan berlumut, sehingga saya tidak tahu ada berapa  batu disana. Dari pencarian dan beberapa pertanyaan yang kami lontarkan ke salah satu penduduk disana yang katanya, dari batu itulah gunung tersebut dinamakan Gunong Batee Lhee atau dalam bahasa Indonesianya Gunung Batu Tiga. Ada juga masyarakat mengatakan nama gunung tersebut dinamakan Batee Lhee karena dulu ada tiga orang putri yang bersembunyi di balik batu ketika penjajahan Belanda. Jadi saya dan teman-teman tidak tahu yang mana cerita yang benar karena banyak versi.

Kami berharap jika waktu senggang kami akan ke sana lagi untuk ketiga kalinya. Tanpa disadari ketika waktu berlalu rasa ingin mendaki bersama temna-teman itu kembali. Jadi kami memikirkan kapan dan apakah jalur menuju ke sana masih sama karena kami takut tumbu-tumbuhan semakin memanjang sehingga saya dan teman-teman kesulitan mendakinya.

Kini, saya  merantau di Banda Aceh untuk menempuh kuliah di salah satu sekolah tinggi di Banda Aceh. Tatkala saya pulang kampung halaman di Aceh Barat Daya, saya melihat gunung yang pernah saya daki telah berubah menjadi tempat wisata yang sangat diminati oleh masyarakat dan orang-orang  luar daerah, luar biasa sekali bukan? Dulu anak-anak tidak bisa untuk berkunjung ke gunung tersebut dan sekarang anak-anak sudah bisa datang kesana dengan didampingi orang tua atau wali. Dan akhirnya keinginan kami berkunjung untuk ketiga kalinya tercapai, saya dan teman-teman ke sana.

Hal yang luar biasanya lagi, keadaan gunung  sekarang lebih menarik dan kesan asri masih sangat melekat walaupun beberapa bangunan sudah dibangun, yaitu musholla dan kantin. Tapi disekitar bangunan tersebut tidak lupa pemiliknya menanam bunga untuk menciptakan kesan keasrian. Kami juga tidak perlu lagi membawa bekal makanan dan minuman ketika berwisata di sana. Beberapa snack, gorengan dan air teh manis dingin tersedia di sini. Tempat wisata ini juga bisa dikatakan cukup dekat dari rumah saya. Tidak sampai 30 menit jadi dapat dipastikan ketika akhir pekan saya memilih ke sana untuk sekedar nongkrong bersama teman-teman.

Jalur untuk menaiki Puncak Gunung Sabi sudah tidak terjal seperti dulu lagi.  Jalan menuju ke sana bisa dilalui memakai roda dua dan roda empat walau jalannya belum diaspal. Ketika sudah berada di tempat pemberhentian kendaraan atau parkiran kita juga sudah di suguhkan keindahan alamnya. Dari parkiran kita mendaki cukup ringan bisa dikatakan sama seperti kita sedang berjalan santai dan semakin jauh kita berjalan makan jalurnya baru sedikit menanjak dan untung saja pemilik dari Puncak Gunung Sabi sendiri semakin hari tidak kehabisan cara agar wisatawan nyaman yaitu dengan membuat tangga yang berbahan semen agar para wisatawan mudah mendaki. Di ketinggian pemiliknya juga membuat sebuah tempat istirahat, tak lupa bunga juga ada disana, ada yang berbentuh love juga lho. Tempat berswafoto bersama teman-teman juga sudah tersedia.

Para remaja ramai sekali berdatangan, apalagi makin hari pemilik gunung yang bernama Salman ini memiliki ide lain untuk menarik wisatawan berkunjung kesana. yaitu dengan membuat Flying Fox, karena seperti yang kita ketahui di daerah ABDYA sendiri memang jarang sekali ada wahana seperti Flying Fox jadi bagi anak muda atau para remaja pasti tergoda menaiki wahana Flying Fox. Sekitaran Rp 25.000 saja anda bisa menaikinya,  tidak diragukan lagi keseruannya karena ketinggian  gunung-gunung itu kita bisa melewatinya seakan kita sedang terbang, keren bukan?

Tak heran, warga Kabupaten Aceh Barat Daya dan wisatawan luar daerah yang datang sangat menikmatinya apalagi di akhir peukan dipastikan parkiran penuh baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Banyak orang yang memilih destinasi wisata baru ini. Menjelang sore ketika matahari mulai condong ke barat membuat langit berubah kemerahan, hal itulah yang sangat dinanti-nanti oleh para wisatawan untuk melihat sunset dengan rasa takjub sambil duduk di kursi kayu yang sudah disediakan sehingga menampilkan kesan nyaman bagi wisatawannya untuk  menikmati panorama alam tatkala senja.

Nah bagi teman-teman yang tertarik untuk berwisata ke Puncak Gunung Sabi bisa terus meluangkan waktu di hari libur.  Cukup mengeluarkan uang parkiran Rp. 2.000 dan uang masuknya Rp.3.000 anda sudah bisa menikmati keindahan alam. kalau bahasa yang sering digunakan anak muda itu “ Cuma Goceng (5.000) sih boleh banget” jadi teman-teman mendaki gunung itu melelahkan tapi rasa lelah itu pasti akan terbayar dengan suguhan keindahan alamnya.

Bagikan
Skip to content