Dimuat di Serambi Indonesia edisi Jumat, 26 Januari 2024
AINAYA RAHAYAU, Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Khairun Ternate, Maluku Utara, sedang menjalani program PMM Angkatan 3 di UBBG Banda Aceh, melaporkan dari Banda Aceh
Genap sebulan lalu, 26 Desember 2023, saya dan teman-teman Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) di Kampus Universitas Bina Bangsa Getsempena (UBBG) Banda Aceh berkunjung ke Masjid Raya Baiturrahman yang terkenal indah itu. Di masjid kebanggaan masyarakat Aceh ini sedang berlangsung zikir dan doa memperingai 19 tsunami Aceh.
Sebagai masyarakat Indonesia, kita tentunya tahu tentang bencana tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004. Bencana mahadahsyat itu menelan ratusan ribu jiwa, runtuhnya bangunan-bangunan megah, hancurnya rumah sakit, rumah warga, dan lain-lain. Hal ini merupakan luka yang sangat dalam dialami oleh masyarakat Aceh.
Meski saya bukan warga asli Aceh dan saat tsunami usia saya masih satu tahun, dan belum mengetahui peristiwa ini, tetapi saya sangat bersyukur bisa hadir dalam peringatan 19 tahun tsunami Aceh di halaman Masjid Raya Baiturrahman.
Saat saya menginjakkan kaki di masjid raya ini, saya merasa sangat terharu dan bersyukur bisa sampai di masjid ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa pada tahun 2004, masjid yang saya injak ini terkena tsunami. Ratusan mayat ditemukan di sekitaran masjid ini.
Lebih menakjubkan lagi, masjid ini merupakan salah satu masjid yang tetap berdiri kokoh walaupun saat itu dihantam gempa dan tsunami. Subhanallah, dengan kuasa Allah masjid ini masih tetap berdiri kokoh hingga kini.
Pada peringatan 19 tahun tsunami Aceh ini, kami berzikir dan mendoakan para syuhada yang gugur saat tsunami melanda Aceh.
Kegiatan ini berlangsung dengan penuh khidmat. Suasananya penuh haru karena kami seakan dibawa ke peristiwa tahun 2004 lalu, dan mengenang kembali tsunami yang memorak-porandakan Aceh. Tidak hanya zikir dan doa bersama yang dilakukan hari itu. Ada juga tausiah yang disampaikan oleh Ustaz Amri Fatmi. Dihadirkan juga seorang penyintas tsunami yang berbagi cerita tentang tsunami 2004. Beliau bernama Bundiyah binti Sahan. Cerita beliau sangat mengharukan, termasuk saat ia menceritakan tentang bagaimana beliau diselamatkan oleh Allah dari gelombang tsunami. Hal ini merupakan mukjizat yang Allah berikan kepada beliau.
Dari cerita Bu Bundiyah, banyak sekali wawasan yang saya dapatkan. Saya juga mendapatkan pengetahuan dan wawasan baru saat mengikuti peringatan 19 tahun tsunami Aceh ini. Tidak bisa saya bayangkan apabila saya di posisi beliau maupun di posisi masyarakat Aceh saat menghadapi musibah ini. Mungkin saya tidak akan sekuat masyarakat Aceh yang pada saat musibah ini pastinya mereka banyak kehilangan keluarganya. Kehilangan orang tua mereka, kehilangan anak-anak, sahabat-sahabat, sanak saudara, juga kehilangan tempat tinggal. Dan masih banyak kehilangan lainnya.
Namun, yang membuat saya salut terhadap masyarakat Aceh adalah keimanan mereka. Saat mereka diuji dengan musibah tsunami tersebut tidak mengurangi sedikit pun keimanan mereka terhadap Allah Swt. Tsunami benar-benar menjadi penguji iman bagi mereka.
Malah dengan adanya tsunami ini, membuat mereka semakin dekat lagi kepada Allah Swt. Mereka ikhlas dengan takdir yang Allah berikan kepada mereka. Subhanallah, inilah keimanan luar biasa yang dimiliki oleh masyarakat Aceh. Tak heran lagi kenapa Aceh dikenal dengan julukan Serambi Makkah, karena masyarakatnya masih sangat menjujung tinggi syariat Islam.
Syariat Islam di provinsi ini sangatlah kuat, mungkin dengan bencana ini merupakan teguran juga bagi masyarakat Aceh yang Allah berikan untuk menguji keimanan mereka: apakah mereka ikhlas dan rida terhadap takdir Allah atau tidak.
Dari musibah ini juga terdapat hikmah yang bisa kita petik. Ternyata Allah memberikan musibah terhadap hamba-Nya, bukan karena Allah tidak saying, malah karena Allah sayang kepada hamba-Nya sehingga Allah berikan musibah. Ya, agar manusia sadar akan perbuatan yang mereka lakukan. Karena kerusakan yang ada di muka bumi ini sebabkan oleh tangan-tangan manusia itu sendiri.
Pada saat tsunami menerjang daratan Aceh, Kota Banda Aceh benar-benar kacau balau. Namun, tak lama berselang aneka bantuan berdatangan dari berbagi penjuru Indonesia bahkan dari beberapa negara. Mereka tulus ikhlas membantu Aceh.
Dengan adanya tsunami ini juga memberikan pembelajaran kepada masyarakat Aceh dan ke seluruh masyarakat Indonesia bahwa bencana itu pasti akan datang dan kita harus siap untuk menghadapinya. Juga harus tahu bagaimana cara menanggulangi dampak tsunami tersebut.
Dari bencana ini juga kita dapat mengambil hikmah bahwa di dunia ini tidak ada yang kekal,. Semuanya milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Semuanya hanyalah titipan semata dan akan punah, baik itu keluarga kita, orang tua kita, anak-anak kita, sahabat-sahabat kita, sanak saudara kita, rumah mewah, mobil mewah, gedung mewah, dan harta kekayaan sekalipun, semua itu akan kembali kepada Allah.
Maka sebagai manusia, janganlah kita bersikap sombong dengan apa yang kita miliki di dunia ini karena semua ini hanyalah titipan yang Allah titipkan untuk kita. Marilah kita sama-sama mendoakan para syuhada yang gugur saat tsunami pada tahun 2004 lalu. Semoga Allah ampuni dosa-dosa mereka, Allah terima amal ibadah mereka, dan Allah tempatkan mereka semua di jannah-Nya. Aamiin ya rabbal a’lamin.
Akhirnya harus saya akui bahwa saya sangat senang dan bersyukur bisa ikut program PMM di Aceh. Kalau saya tidak PMM di Aceh, saya tentu tidak akan ikut merasakan suasana kebatinan saat memperingati 19 tahun tsunami Aceh. Saya juga tidak akan bisa menginjakkan kaki di Masjid Raya Baiturrahman yang agung.
Saya juga tidak akan bisa berkunjung ke Museum Tsunami Aceh, dan yang lebih penting lagi kalau saya tidak ikut PMM di Aceh saya tidak akan tahu bagaimana kebudayaan Aceh.
Sungguh banyak sekali pengalaman indah dan pengetahuan baru yang saya dapatkan selama PMM di Aceh. Semoga di kemudian hari saya bisa berkunjung kembali ke provinsi ini.
Saya sangat bersyukur kepada Allah yang telah memberikan saya kesempatan bisa lolos PMM di Aceh. Terima kasih saya ucapkan juga kepada Bapak Menteri Nadiem Anwar Makarim MBA, terima kasih juga kepada seluruh panitia yang terlibat dalam program PMM Angkatan 3 di UBBG. Terima kasih kepada teman-teman seperjungan PMM, yang sudah menjadi bagian dari perjalanan hidup saya selama di Aceh.
Aceh juga memberikan saya banyak kenangan indah. Mulai dari kebudayaannya, kulinernya, keindahan kotanya, keindahan pantainya hingga masyarakatnya yang ‘superhumble’.
Banda Aceh juga adalah kota yang paling aman bagi saya dan masih banyak lagi pengalaman dan wawsan baru yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
PMM 3 ini benar-benar memberikan saya manfaat yang sang luar biasa untuk…Bertukar sementara, bermakna selamanya.
Artikel ini telah tayang di Serambi Indonesia dengan judul Memahami Tsunami sebagai Penguji Iman Masyarakat Aceh, https://aceh.tribunnews.com/2024/01/26/memahami-tsunami-sebagai-penguji-iman-masyarakat-aceh?page=all.