Matematika dalam Perspektif Islam

19 Agustus 2023 | BBG News

Rahmat Fitra, M.Pd., Dosen Pendidikan Matematika UBBG

Matematika sering kali dianggap sebagai ilmu eksak yang kaku dan terpisah dari nilai-nilai spiritual. Namun dalam perspektif Islam, matematika bukan hanya sekadar alat hitung, tetapi merupakan salah satu manifestasi dari keteraturan dan keagungan ciptaan Allah swt. Ilmu ini tidak hanya memiliki nilai praktis, tetapi juga spiritual. Sejak zaman keemasan Islam, matematika berkembang pesat dan menjadi fondasi bagi ilmu-ilmu modern. Artikel ini akan mengulas bagaimana Islam memandang matematika, kontribusi ilmuwan Muslim terhadapnya, dan bagaimana matematika menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah swt.

Islam memandang ilmu sebagai cahaya yang menerangi kehidupan manusia. Al-Quran dan Hadis mendorong umat Islam untuk menuntut ilmu dalam segala bidang, termasuk ilmu eksakta seperti matematika. Dalam Al-Quran, Allah sering kali menyebut tentang perhitungan, timbangan, dan keteraturan dalam penciptaan alam semesta.

Misalnya, dalam Surah Al-Mulk ayat 3 disebutkan:

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.”

Ayat ini menunjukkan bahwa penciptaan Allah swt penuh keteraturan, presisi, dan keseimbangan, yang semuanya merupakan prinsip dasar dalam matematika. Alam semesta diciptakan dengan hukum-hukum tertentu yang dapat dijelaskan melalui angka dan rumus, yang menunjukkan betapa matematika adalah bagian dari sunnatullah (hukum Allah di alam semesta).

Sejarah mencatat bahwa peradaban Islam memberikan kontribusi besar dalam perkembangan matematika dunia. Banyak ilmuwan Muslim yang tidak hanya meneruskan ilmu dari peradaban Yunani, Romawi, dan India, tetapi juga mengembangkan konsep-konsep baru yang menjadi dasar ilmu matematika modern.

Beberapa tokoh besar ilmuwan Islam. Pertama, Muhammad ibn Musa al-Khwarizmi adalah salah satu bapak ilmu matematika. Kata “aljabar” berasal dari judul bukunya Al-Kitab al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wal-Muqabala, yang menjadi cikal bakal ilmu aljabar modern. Selain itu, kata “algorithm” juga berasal dari namanya. Al-Khwarizmi juga mengembangkan sistem angka desimal dan perhitungan dengan angka Arab, yang sebenarnya berasal dari sistem India, tetapi disempurnakan oleh para ilmuwan Muslim dan disebarluaskan ke Eropa. Kedua, Omar Khayyam. Selain dikenal sebagai penyair, Omar Khayyam adalah ahli matematika yang berjasa dalam mengembangkan teori bilangan dan geometri, serta menyusun kalender yang sangat akurat. Ia juga berkontribusi dalam pemecahan persamaan kubik dengan pendekatan geometris. Ketiga, Al-Tusi. Nasir al-Din al-Tusi memperkenalkan konsep trigonometri sebagai ilmu tersendiri, bukan hanya cabang dari astronomi atau geometri. Ia menyusun tabel-tabel sinus dan tangen, serta mengembangkan hukum-hukum trigonometri yang masih digunakan hingga kini.

Kontribusi para ilmuwan Muslim ini membuktikan bahwa matematika dalam Islam bukan hanya alat bantu, tetapi bagian dari pencarian ilmu untuk memahami ciptaan Allah.

Dalam Islam, pencarian ilmu termasuk ilmu matematika adalah bagian dari ibadah. Rasulullah SAW bersabda:

“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Matematika mengajarkan ketelitian, kejujuran dalam menghitung, serta keadilan. Dalam bisnis, misalnya, Islam mewajibkan kejujuran dalam timbangan dan takaran, yang semuanya melibatkan prinsip matematika. Al-Qur’an berulang kali mengingatkan tentang pentingnya keadilan dalam ukuran dan timbangan:

“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama dan lebih baik akibatnya.” (QS. Al-Isra: 35)

Di sinilah matematika berfungsi sebagai alat untuk menegakkan keadilan sosial dan ekonomi. Selain itu, matematika juga memainkan peran penting dalam praktik ibadah umat Islam. Penentuan arah kiblat, waktu sholat, hisab kalender hijriyah, hingga zakat—semuanya memerlukan pemahaman matematika. Ini membuktikan bahwa matematika sangat erat kaitannya dengan praktik keagamaan dalam Islam.

Alam semesta yang penuh keteraturan dapat dikaji dan direnungi melalui ilmu matematika. Fenomena-fenomena alam seperti rotasi bumi, pergerakan planet, pola bunga, dan bentuk sarang lebah dapat dijelaskan dengan konsep-konsep matematika seperti geometri, fraktal, dan deret Fibonacci. Dengan memahami keteraturan ini, manusia dapat semakin takjub terhadap keagungan Allah SWT.

Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran: 190).

Orang yang mendalami matematika dengan niat untuk memahami ciptaan Allah akan mendapatkan nilai ibadah dari setiap proses belajarnya. Matematika dalam perspektif Islam bukan hanya sekadar ilmu hitung, tetapi merupakan jendela untuk memahami sunnatullah, menegakkan keadilan, serta mendekatkan diri kepada Allah swt. Sejarah Islam telah membuktikan bahwa matematika berkembang pesat di tangan para ilmuwan Muslim yang menjadikan ilmu ini sebagai sarana ibadah.

Dengan semangat itu, generasi Muslim masa kini seharusnya kembali menumbuhkan rasa cinta terhadap matematika, bukan hanya karena pentingnya secara akademik, tetapi juga karena nilai spiritual dan peranannya dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu ini adalah amanah, dan menggunakannya untuk kemaslahatan umat adalah bagian dari pengabdian kepada Sang Pencipta.

Bagikan
partner-1
partner-2
partner-3
partner-4
partner-5
partner-6
partner-7
partner-8
partner-9
partner-10
partner-11
partner-12
partner-13
partner-14
partner-15
partner-16
Skip to content