Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dari hal-hal sederhana yang berakar pada budaya lokal. Salah satunya adalah melalui pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) sebagai pendekatan preventif dan promotif dalam menjaga kesehatan. Inilah semangat yang diusung oleh mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan, Fakultas Sains dan Teknologi Ilmu Kesehatan UBBG dalam kegiatan bertajuk “Penanaman TOGA sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat di Desa Lampreh Lamjampok”.
Kegiatan ini merupakan bagian dari praktik lapangan Kuliah Kerja Gampong (KKG) yang berlangsung pada tanggal 3–16 Juni 2025 di Desa Lampreh Lamjampok, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Pemilihan program TOGA bukan tanpa alasan. Berdasarkan hasil pengumpulan data kesehatan masyarakat yang dilakukan mahasiswa melalui survei dan wawancara dengan kader, bidan desa, serta perangkat gampong, diketahui bahwa hipertensi merupakan salah satu penyakit terbanyak yang diderita oleh warga desa. Fakta ini mendorong tim mahasiswa untuk merancang intervensi kesehatan berbasis tanaman herbal sebagai solusi yang sesuai dengan kearifan lokal dan kondisi sosial masyarakat.
Lokasi penanaman dipusatkan di lahan milik Keuchik Desa Lampreh Lamjampok yang secara sukarela mengizinkan penggunaan tanahnya untuk dimanfaatkan sebagai kebun TOGA percontohan. Proses kegiatan dimulai dengan identifikasi masalah kesehatan, dilanjutkan dengan sosialisasi dan edukasi masyarakat mengenai manfaat tanaman herbal yang dapat membantu menurunkan tekanan darah seperti daun kelor, daun sirih, jahe, sirsak, dan kunyit. Warga tidak hanya diajak menanam, tetapi juga dikenalkan cara pengolahan sederhana dan pemanfaatan TOGA secara tepat.
Untuk memudahkan identifikasi dan meningkatkan literasi kesehatan, label tanaman dan papan edukasi dipasang di sekitar area kebun. Inovasi sederhana ini membantu masyarakat mengenali manfaat setiap jenis TOGA, sekaligus membentuk kebun edukasi mini yang ramah lingkungan dan mudah diakses oleh semua usia. Kegiatan ini juga disertai dengan monitoring pertumbuhan tanaman dan evaluasi keberhasilan penanaman, yang menjadi bagian dari pembelajaran berbasis proyek bagi mahasiswa.
Selama pelaksanaan kegiatan, sejumlah tantangan muncul, seperti keterbatasan lahan di rumah warga, cuaca yang tidak menentu saat penanaman, dan terbatasnya sumber daya pertanian seperti alat tanam dan pupuk alami. Namun tantangan tersebut tidak mengurangi semangat kolaboratif antara mahasiswa dan masyarakat desa. Dengan komunikasi yang baik dan kerja sama antarwarga, semua tahapan kegiatan dapat terlaksana dengan lancar.
Kegiatan penanaman TOGA ini membawa dampak positif yang nyata bagi masyarakat. Warga mulai menyadari pentingnya pengobatan tradisional untuk mengurangi ketergantungan terhadap obat kimia, terutama dalam penanganan keluhan ringan seperti pusing, batuk, atau nyeri sendi. Selain meningkatkan kemandirian keluarga dalam menjaga kesehatan, keberadaan TOGA juga menghijaukan lingkungan, menciptakan udara yang lebih bersih, dan menumbuhkan kesadaran ekologis di kalangan masyarakat.
Keberlanjutan program ini dijamin melalui penyerahan tanggung jawab perawatan kepada kelompok masyarakat desa, yang telah menyusun jadwal perawatan berkala dan menjadikan TOGA sebagai bagian dari program desa sehat. Lebih jauh, telah dirancang pengembangan TOGA menjadi produk olahan herbal lokal seperti minuman jamu dan minyak oles, yang berpotensi menjadi peluang usaha keluarga dan mendorong pemberdayaan ekonomi berbasis kesehatan tradisional.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa keperawatan tidak hanya belajar teori di ruang kelas, tetapi juga menjadi agen perubahan yang hadir nyata di tengah masyarakat. UBBG menegaskan komitmennya sebagai kampus berdampak. Kampus yang tidak hanya mencetak tenaga kesehatan profesional, tetapi juga menghidupkan semangat gotong royong dan solusi kontekstual dalam membangun desa yang lebih sehat dan mandiri.
