Ladang Rimba Sebelum Banjir Bandang Melanda

12 Desember 2023 | BBG News

Dimuat di Serambi Indonesia edisi Selasa, 12 Desember 2023

NURUL HUSNA, Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh, melaporkan dari Aceh Selatan

Agustus tahun 2022 saya melakukan perjalanan dari Labuhanhaji, kecamatan tempat saya tinggal, menuju Desa Pulo Paya, tempat bermukimnya adik saya bersama keluarganya. Mertuanya warga asli desa tersebut. Rumah mereka saling terhubung, hanya dibatasi dinding dan pintu saja. Desanya berada di Kecamatan Trumon Tengah, Kabupaten Aceh Selatan.

Saya berangkat pagi sekitar pukul 09:30 WIB menggunakan angkutan umum, bagian atas mobilnya dilapisi dengan bahan sejenis kayu layaknya seperti plafon rumah sehingga tidak terlalu panas jika berada di dalamnya.

Mobil itu berhenti di terminal yang ada di Tapaktuan lumayan lama, sekaligus mengambil paket dan menunggu penumpang yang menuju ke Kecamatan Trumon Tengah, Timur, dan wilayah yang dilalui sebelum kedua kecamatan tersebut. Setelah penuh baru berangkat. Sopir tidak melayani penumpang yang menuju Kota Subulussalam dan Kabupaten Aceh Singkil, walau mereka berupaya menghentikan mobil di tengah jalan. Karena, mobil tersebut hanya sampai di Krueng Luas, Kecamatan Trumon Timur, Aceh Selatan.

Ada seorang penumpang laki-laki menghentikan laju mobil di tengah jalan. Sopir menanyakan tujuannya, lalu dia mengatakan ingin ke Subulussalam. Beliau menyuruh penumpang tersebut menunggu mobil selanjutnya, yang menuju ke arah sana atau Aceh Singkil. Kemudian, mobil melaju kembali di tengah hiruk pikuk orang-orang yang hilir mudik di jalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi dan umum.

Perjalanan yang ditempuh cukup lama, apalagi ditambah penumpangnya silih berganti, berhenti dan melajunya mobil memakan waktu. Untuk menuju Pulo Paya harus melalui banyak jembatan dan sungai, ada yang berair ada yang tidak. Kegiatan saya di mobil hanya menghitung jumlah jembatan dan sungai yang dilewati serta memperhatikan pemandangan sekitar yang masih sangat asri lagi indah. Semakin masuk ke dalam semakin asri alamnya. Di sini sunyi, hanya ada kendaraan, itu pun tidak banyak. Suasana yang tenang, embusan angin menjelang zuhur tidak mampu membuat mata saya terpejam akibat rasa mual yang ditahan. Rasa ingin muntah selalu muncul saat menaiki kendaraan pada waktu bepergian jauh di siang hari.

Setelah tiga jam lebih di perjalanan, akhirnya sampai juga saya pukul 13:00 WIB di Pulo Paya, Trumon Tengah. Saya penumpang terakhir yang diantar, mobil yang saya tumpangi berhenti di Krueng Luas.

Setelah istirahat cukup, sopirnya akan pulang ke daerah asalnya pada pukul 14:00 WIB. Rumah adik saya dan mertuanya dekat dengan jalan besar, jalannya sudah bagus, dan lingkungannya masih asri.

Di Trumon Tengah ini banyak rumah warga, ada juga waterboom yang belum sempat saya masuki. Namun, dapat dilihat dari jalan raya waktu saya dan adik membeli mi ayam di sebuah warung setelah berbelanja di pasar.

Sore Jumat, (12/8/2022), saya, adik, ipar, dan keponakan saya mendaki Puncak Sigantang Sira yang berada di Gunung Kapur Trumon Tengah. Untuk sampai ke puncak yang dikagumi banyak orang ini bukan hal mudah. Perlu keberanian, tekad yang kuat, serta kesabaran. Apalagi dilakukan dengan berjalan kaki. Mendaki Sigantang Sira bisa berjalan kaki bagi yang sanggup,  bisa juga menggunakan motor. Saya dan adik berjalan kaki, setelah itu meggunakan kendaraan roda dua untuk sampai ke puncak terindah di Aceh Selatan itu.

Lelah, letih sirna setelah kaki berdiri di objek wisata alam yang memukau ini. Jika berdiri kita dapat melihat betapa indahnya pemandangan di sekitarnya, deretan kelapa sawit tersusun rapi. Embusan angin pentang membuat pengunjung betah duduk di sisi kanan dan kiri. Semua orang yang pergi ke sini tetap mengabadikan momen dengan kamera ponsel, baik sendiri bahkan bersama keluarga tercinta. Saya dan adik melakukan hal yang sama. Sesudah puas foto-foto kami memutuskan untuk turun waktu matahari akan kembali ke peraduannya.

Di bagian bawah Sigantang Sira bisa juga dijadikan lokasi untuk berfoto, sebab pemandangannya bagus sebagai latar foto. Setelah mengambil beberapa foto di lokasi ini, kami pun pulang. Jarak yang lumayan dekat membuat kami sampai di rumah sebelum magrib tiba.

Malam harinya ada acara lamaran di rumah mertua adik. Saya juga datang karena diundang. Mulai dari penyajian kue, minuman, menerima tamu, lamaran sampai penetapan hari bertunangan adatnya sama dengan adat Labuhanhaji.

Dahulu, pada acara turun tanah anak adik saya ada pencak silat dan marhaban untuk bayi laki-laki, sedangkan untuk bayi perempuan hanya ada marhaban.

Pagi Minggu saya diajak ke hari pekan (uroe ganto) yang berada di Desa Ladang Rimba. Di daerah ini dalam satu minggu ada satu hari namanya hari pekan, mulainya dari pagi sampai siang saja. Di hari pekan ini semua lengkap dijual mulai dari bumbu dapur, sembako, aneka kue, makanan, minuman, buah-buahan, sayuran, es krim, pakaian, aksesori, peralatan dapur, hingga kambing hidup pun dijual.

Meski waktunya tergolong singkat, tempat berjualannya hanya di satu tempat (lokasinya sama). Ini memudahkan para ibu membeli sesuai kebutuhan keluarga masing-masing.

Ramai orang datang ke hari pekan ini. Mereka membeli semua kebutuhan sehari-hari untuk persediaan seminggu ke depannya. Bumbu dapur, sayuran, buah-buahan, ikan, pakaian, dan lain-lain tetap ada dijual setiap harinya. Hanya saja harganya bervariasi dan tidak di satu tempat.

Kini semua itu tinggal kenangan. Masyarakat Ladang Rimba yang dulunya makmur dan sejahtera, tiba-tiba mendapat ujian berat dalam hidup mereka. Banjir bandang melanda kawasan tersebut Senin (20/11/2023) malam. Banyak harta benda habis dalam sekejap, takdir Tuhan Yang Mahakuasa. Di balik setiap musibah tentu ada hikmah yang dapat dipetik. Semoga masyarakat Desa Ladang Rimba, desa-desa yang terkena musibah bisa tetap sabar serta berlapang dada dalam menghadapi ujian ini. Dengan izin Sang Pencipta, Trumon Tengah yang dilanda banjir dapat bangkit kembali, tentunya dengan dukungan dari semua pihak. Dukungan di sini bisa berupa harta benda, tenaga, dan doa. Peran pemerintah setempat sangat berdampak dalam kebangkitan Desa Ladang Rimba dan desa-desa yang ada di Kecamatan Trumon Tengah, Kabupaten Aceh Selatan.

Artikel ini telah tayang di Serambi Indonesia dengan judul “Ladang Rimba Sebelum Banjir Bandang Melanda”, https://aceh.tribunnews.com/2023/12/12/ladang-rimba-sebelum-banjir-bandang-melanda.

Bagikan
Skip to content