JAKARTA—Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek melalui Kedaireka menggelar Webinar Cloud Fundamental dan Pengenalan Kelas Kedaireka x Amazon Web Services (AWS), Kamis (29/7). Webinar ini sebagai tindak lanjut dari penyelenggaraan pelatihan program Kedaireka Academy yang bekerja sama dengan AWS untuk memberikan pelatihan di bidang cloud services, computing, and storage.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nizam menuturkan bahwa Kedaireka hadir guna membangun ekosistem untuk berbagi, gotong royong, dan berkolaborasi antara dunia kerja dengan perguruan tinggi. Kedaireka Academy ini juga dijadikan wadah untuk bersinergi dan saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan ilmu antara para profesional, industri, sektor pemerintah dan praktisi kampus.
“Topik yang diangkat pada program akademi dari Kedaireka ini adalah cloud services, computing, dan storages yang mana teknologi tersebut belum dipahami semua orang,” ujar Nizam.
Untuk itu, Nizam berharap Kedaireka Academy ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada komunitas perguruan tinggi terkait berbagai isu mengenai cloud services yang akan disampaikan oleh AWS. Selanjutnya, dari ilmu yang sudah dibagikan, diharapkan para peserta lebih tahu dan dapat membuat lebih banyak karya.
Bimo Yuwono Arie Prabowo selaku Education & NPO Account Lead Indonesia, AWS Public Sector menyebut bahwa sekarang teknologi telah mengalami pergeseran secara cepat akibat dari pandemi. Untuk mengakomodir perkembangan yang lebih cepat ini, menurut Bimo kita juga harus bisa memberikan pembekalan yang cukup untuk teman-teman di perguruan tinggi. “Kami ingin memberikan kontribusi melalui Kedaireka ini untuk memberikan knowledge mengenai cloud untuk insan Dikti disini,” katanya.
Bimo berharap melalui Kedaireka ini dapat membekali para insan Dikti untuk memberikan pengajaran atau melakukan riset. Pasalnya, teknologi cloud tidak hanya digunakan di jurusan IT saja, namun dapat digunakan lebih luas oleh jurusan yang lain. “Contohnya Kedokteran juga bisa menggunakan cloud, misalnya buat riset genome atau sekarang yang paling dekat Halodoc. Ini adalah sebuah terobosan yang dapat dilakukan oleh semua jurusan,” jelasnya.
Selain itu, menurut Bimo tantangan terbesar dari sebuah teknologi bukanlah teknologinya melainkan orangnya, apakah orang-orang bisa mengadopsi kemajuan teknologi, bisa mengikuti proses-proses perubahan dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Sehingga melalui kelas ini, tim AWS akan memberikan pengetahuan mengenai cloud fundamental secara lebih umum, bagaimana teknologi tersebut dapat mendukung insan Dikti dalam memberikan pembelajaran atau pengajaran, atau kontribusi pada perguruan tingginya masing-masing. Ia menyebut hal ini sejalan dengan misi AWS yang berencana untuk mengakselerasi dari digital transformasi di dunia pendidikan dengan cara berkolaborasi dengan institusi perguruan tinggi, pemerintah, dan praktisi pendidikan.
Program Manager AWS Indonesia Furin Ongko memaparkan bahwa cloud merupakan salah satu ilmu yang wajib kita kuasai karena di tahun 2020 ada 10 skill yang memang dibutuhkan. Ia menyebut cloud computing bisa membantu penggunaan akselerasi dari teknologi dan memiliki banyak manfaat, namun masih banyak yang belum mengetahui cara untuk menggunakannya. Untuk itu, AWS terus berupaya untuk memperkenalkan teknologi ini agar Indonesia tidak tertinggal.
Lebih jauh, Furin menjelaskan ada tiga education program dari AWS, yang pertama AWS educate yaitu service learning portal dimana peserta bisa belajar dari konten-konten semua di dalamnya secara gratis. Kedua, AWS academy yang lebih cocok untuk digunakan bersama kurikulum. Program tidak berbayar untuk pelajar ini merupakan program edukasi yang memang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Ketiga AWS training and certification untuk masyarakat umum, bukan pelajar dan bisa dipakai untuk meng-update skill.
Sementara itu, Fakhrudin Sukarno sebagai Business Development Lead – Public Sector AWS mengatakan bedasarkan riset Alfabeta Indonesia menyatakan bahwa kebutuhan terhadap cloud skill makin meningkat. Namun sayangnya, saat ini para pekerja hanya memiliki keahlian digital hanya 19% dari keseluruhan pekerja di Indonesia.
“Data menunjukan bahwa, agar ekonomi bisa mengikuti perubahan teknologi, ternyata kita membutuhkan 110 juta digital worker pada tahun 2025. Angka yang sangat fantastis, dan tentunya ini PR yang sangat challenging,” pungkasnya.
Di sisi lain, terdapat 59% orang Indonesia yang bekerja di digital, yang sampai saat ini belum mengambil cloud computing skill ternyata mempercayai bahwa skill ini sangat dibutuhkan jika ingin tetap bekerja di area profesional di tahun 2025. Untuk itu, ia sangat berharap kerja sama antara Kedaireka dan AWS ini akan membawa perubahan signifikan terhadap pengembangan SDM di Indonesia.
“Artinya bahwa kita paham kebutuhan akan cloud skill ini memang luar biasa. Dan ini merupakan number one hard skill yang sangat dibutuhkan oleh semua organisasi dan company saat ini,” ucapnya.
Dijelaskan oleh Rama dari tim Kedaireka, untuk mendapatkan pelatihan bersama AWS, Kedaireka menyediakan kuotanya hanya 100 orang dan para peserta akan mendapatkan attendance certificate dan pembelajaran ilmu dari AWS. Langkah pendaftarannya dengan cara mengisi formulir Kedaireka, lalu registrasi AWS dan mengikuti pelatihan.
Artikel ini telah tayang di Kabar Dikti dengan judul “Kolaborasi Kedaireka dan Amazon Web Services, Beri Pelatihan Teknologi Cloud”, https://dikti.kemdikbud.go.id/kabar-dikti/kabar/kolaborasi-kedaireka-dan-amazon-web-services-beri-pelatihan-teknologi-_cloud_/.