Siapa yang bilang bahwa pembelejaran Matematika itu rumit dan membosankan? Tidak selamanya ilmu yang berkutat dengan angka itu sulit asalkan guru mempunyai trik jitu supaya peserta ajar tertarik dan ilmu yang diberikan mudah diresap, seperti yang dipraktikkan oleh Aprian Subhananto, M.Pd., salah satu dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP BBG dalam perkuliahan Pembelajaran Matematika SD.
Congklak merupakan permainan tradisional nusantara yang dimainkan oleh dua orang. Ketepatan strategi dan perhitungan merupakan andalan utama pada permainan ini. Dari sana tercetus ide untuk memolesnya ke dalam simulasi pembelajaran matematika SD pada konsep penjumlahan bilangan bulat.
Selama ini dalam pencapaian konsep penjumlahan bulat, kebanyakan orang menerapkan sistem yang menyimpang dari konsep penjumlahan, misal : 2+(-3) mereka kerjakan dengan mengubah operasi menjadi 2-3. Apabila dianalogikan kasus di atas seperti si A mempunyai pensil 2 namun mempunyai hutang 3 disamakan dengan si A mempunyai pensil 2 diambil kawan sebanyak 3. Pada hakekatnya hasil dari 2+(-3) = 2-3 namun apabila dilihat dari sisi konsep hal ini sangat berbahaya bagi perkembangan konsep matematika dasar.
Pada awal perkuliahan, Aprian memberikan pola pikir penjumlahan bilangan bulat kemudian mahasiswa memodifikasi permainan tradisional menjadi permainan yang mengasah konsep penjumlahan bilangan bulat. Pada tanggal 25 Juni 2018 bertepatan masa tenggang pelaporan proyek akhir mahasiswa, terpoles indah permainan congklak untuk menerapkan konsep penjumlahan bilangan bulat. Permainan ini memainkan 2 biji congklak yang berbeda (merah dan biru) yang mewakili suatu bilangan bulat. Warna merah mewakili bilangan positif, biru mewakili bilangan negatif, dan apabila biji biru dengan biji merah bersama artinya netral (nol).
Congklak diisi biji ke lubang congklak dengan jumlah merah dan biru yang sama (netral). Sebelum permainan kedua anak suit. Siapa yang menang adalah yang diperbolehkan memainkan biji congklaknya terlebih dahulu. Konsep dari permainan adalah lumbung siapa yang paling banyak biji merah dialah yang menang, namun apabila di lumbung ada biji warna biru, maka nilainya akan berkurang sesuai dengan banyaknya biji biru (banyaknya biji merah dikurangi biji biru). Terjadi keseruan-keseruan dalam pembelajaran dan tanpa disadari anak, mereka (berdua) akan berkompetisi menghitung dan memasang strategi untuk mendapatkan biji merah sebanyak-banyaknya, namun apabila salah perhitungan dan strategi bisa jadi mereka akan banyak mendapat biji biru. Apabila biji yang ada di lubang selain lumbung habis maka kedua anak menghitung berapa nilai yang mereka dapat di lumbung tersebut dengan prinsip banyaknya biji merah (positif) ditambah dengan biji biru (negatif).