Kesadaran Masyarakat Terhadap PAUD Semakin Tinggi

25 Oktober 2009 | BBG News

Kesadaran akan pentingnya pendidikan anak sejak usia dini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sejak awal 2000, konsepnya sudah mulai diperkenalkan oleh berbagai stakeholder seperti pemerintah dan pengamat pendidikan sumber daya manusia kepada seluruh lapisan masyarakat.

Intinya, pertumbuhan cemerlang di usia 0-6 tahun atau yang lazim disebut sebagai golden age, sangat menentukan kualitas manusia seutuhnya. Pendidikan sejak dini mampu mengembangkan secara pesat potensi kecerdasan anak hingga 80% serta meningkatkan kebugaran dan ketahanan fisik di masa dewasanya kelak.

“Lebih dari itu, kita juga bisa membangun nilai-nilai, kepribadian, sikap dan perilaku pada usia dini. Itu akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan kapasitas anak-anak kita dalam hal kemampuan bekerjasama dan toleransi social jika terjun di masyarakat kelak”, ujar Direktur Jenderal Pendidikan Non formal dan Informal (PNFI) Depdiknas, Hamid Muhammad, di Bandung, belum lama ini.

Begitu pentingnya program PAUD, sampai-sampai masuk dalam program andalan Depdiknas 2010-2014 di bawah kepemimpinan Mendiknas Muhammad Nuh. Selain PAUD, program PNFI yang masuk andalan Depdiknas adalah kecakapan hidup.

“Ini tantangan, karena ada target-target yang harus dipenuhi. Sementara di sisi lain, tantangan juga senantiasa menghadang, hingga 2009, Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD sudah mencapai 50%. Jumlah itu sudah jauh lebih tinggi dari kondisi 2003 yang hanya 18″, katanya. Meski demikian, kata Hamid, tantangan selanjutnya juga lebih besar. Mengacu pada ketentuan UNESCO bahwa negara-negara anggotanya harus mencapai APK PAUD minimal 75% pada 2015. Dengan demikian, capaian APK PAUD Sejas 2010-2014 harus bergerak di angka 4% tiap tahunnya.

Hamid mengakui target itu sangat berat. Pasalnya, meski akses PAUD kini sudah melayani 14 juta anak dari 29 juta anak usia dini yang ada di Indonesia, hal itu tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas tutor.

“Banyak tutor-tutor PAUD itu ibu-ibu rumah tangga biasa yang tidak punya keterampilan khusus dalam mendidik anak usia dini. Ini menjadi masalah, karena akhirnya mereka membimbing anak-anak dengan pola bimbingan yang seadanya”, kata Hamid.

Padahal, memberi masukan berupa kecakapan personal kepada anak usia dini bukan pekerjaan mudah. Para tutor harus paham bahwa yang paling penting adalah menanamkan nilai-nilai dan karakter, bukan sekedar mengenalkan anak-anak pada masalah intelektualnya.

“Jadi kualitas tutor akan terus ditingkatkan melalui diseminasi sistem dan pola pengajaran yang tepat bagi PAUD”, kata Hamid.

Pengamat masalah anak, Seto Mulyadi mengatakan, pendidikan usia dini memang seharusnya menjadi perioritas sistem pendidikan di Indonesia. Jika mencontoh negara-negara maju, apresiasi pendidikan usia dini yang dilakukan pemerintah sangat tinggi. Seperti Thailand, misalnya, partisipasi PAUD-nya sudah mencapai 85%.

“Hal itu karena mereka punya Undang-undang khusus yang mengatur hak-hak anak usia dini. Kita juga sebenarnya punya UU yang mengatur itu, seperti UU Sisdiknas. Tapi implementasi di lapangan masih harus ditingkatkan terus”, kata Seto.

Menurut dia, tanpa dorongan yang keras bagi partisipasi PAUD di masyarakat, pembangunan manusia Indonesia seperti akan kembali ke titik nol. Karena membangun manusia seutuhnya bukan proses yang instan, namun butuh waktu dan proses yang bertahap.

“Kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual tidak bisa berjalan sendiri. Semuanya harus berjalan bersama dan tidak bisa secara instan”, kata Seto.

Sumber berita : Harian WASPADA Medan.
Minggu, 25 Oktober 2009 / 6 Zulqaidah 1430 H.

Bagikan
Skip to content