Kata Sapaan dalam Bahasa Singkil (Serambi Indonesia)

25 Juni 2018 | BBG News

Oleh  Rahmin, Mahasiswa STKIP BBG Banda Aceh

Kata sapaan adalah suatu kata yang digunakan untuk mengganti nama orang yang lebih besar. Bertujuan untuk membedakan perkauman dekat dan jauh, dan berfungsi untuk membedakan orang yang lebih tua.

Secara kekerabatan, kata sapaan yang digunakan dalam bahasa Singkil dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: kekerabatan langsung ialah saudara satu keturunan seperti “Nenek Uwan dan Adong” yaitu ayah dan ibu dari kedua orang tua. Di lain tempat ada juga yang memanggil Nempak untuk nenek perempuan. Ayah atau Bapak, untuk panggilan kepada orang tua sendiri, tapi ada sebagian tempat panggilan ayah untuk orang tua tiri/angkat yang disebut “Bapak Sangga”.

 Umak untuk sapaan kepada ibu kandung.Namun, di tempat lain ada yang menyapa “Cecek” maka ada bahasa manja orang kesakitan mengatakan “Aduh mak” dalam istilah Singkil disebut “Aicek” artinya yang sakit menjerit memanggil ibunya. Sementara untuk ibu tiri/angkat ada yang menyapa dengan istilah Nanang. Uwan yaitu saudara kandung laki-laki paling besar (anak pertama), Uteh kedua, Tongah ketiga, Iyok keempat, Tuncu kelima, Adong/Tadong nomor keenam.

Ukak/ Uning yaitu saudara kandung perempuan paling besar (anak perempuan pertama), Uteh kedua, Telok ketiga. Sapaan untuk saudara kandung perempuan ini tidak banyak dipakai oleh warga Singkil. Abo atau Cambo ataupun Tua; saudara ayah perempuan (tertua). Ongah/Nengongah; saudara ayah perempuan (tengah). Apun/Nengapun; saudara ayah perempuan (bungsu). Kalau ada diantara mereka yang putih/lebih putih disapa dengan Uteh/Nenguteh.

Namun sekarang sudah lazimdipakai secara umum. Sapaan kepada saudara ayah yang lakilaki; Paktua (Tua), Pak Ambo untuk yang tua. Pak Ongah untuk yang di tengah. Pak Apun untuk yang bungsu. Begitu juga bila ada diantara paman yang lebih putih/ tampan disapa dengan Pauteh. Sapaan kepada istri dari saudara ayah sama penuturan dengan Paongah, namun diganti kata awalan saja menjadi Nengongah, Paapun jadi Nengampun.

Sementara suami dari saudari ayah disebut Membekhu. Kela adalah menantu yang laki-laki,biasa dipanggil oleh mertua Tuan Mekhah atau Paukak. Untuk menyapa mertua dituturi dengan Mamak atau langsung seperti panggilan istri, sementara mertua perempuan disebut Ocek. Pekhmaen adalah menantu perempuan, disapaCeukak, Ceksiti atau Cekpekhti untuk keturunan raja.

Puhun yaitu saudara lakilaki dari ibu disapa dengan Maktuan yangtua, ada yang menyapa Maogek, Mak Ongah yang tengah, Mauteh yang paling tampan, Maapun yang bungsu. Istri dari puhun dipanggil Cek Mami, atau samadengan sapaan kepada puhun namun diganti kata awal seperti Ceongah, Ceuteh, Ceapun. Eda ialah sapaan seorang perempuan kepada istri saudaranya atausebaliknya. Kempu adalah Cucu, baik lakilaki maupun perempuan.

Kekerabatan kelompok yaitu hubungankeluarga yang ditandai denganpertuturan yang lebih luas dari saudara ayah dan ibu kandung misalnaya Uan-Uan; adalah kakek, orang tua ayah, begitu juga saudara laki-laki dari kakek/nenek.Adong; yaitu ibu dari ayah/ibu dan saudara perempuan dari kakek (uan). Senina Sinempung yaitu persaudaraan kakek/nenek bersaudara kandung. Senina Bapak; yaitu saudara sepupu atau anak dari saudara laki-laki ayah. Senina Impal; yaitu anak dari saudara ayah yang perempuan.Kalau yang perempuan disebut Tukhang Impal. Senina Sepemekhe; yaituanak dari saudara ibu yang peremuan.

Pekhiban; yaitu sepengambilan atau istri bersaudara. Anak Senina; yaitu anak dari saudara yang laki-laki. Bebekhe; yaitu anak dari saudara yang perempuan. Bayo; yaitu suami dari adik perempuan. Silih; yaitu saudara dari istri atau ipar. Ada kebiasaan dalam sistem kekerabatan bahwa cucu dari anak perempuan lebih disayangi daripada cucu dari anak laki-laki.

Hal ini dikarenakan cucu dari anak perempuan sudah menjadi nasab orang lain (kelompok luar). Sementara cucu dari anak laki-laki adalah nasab endiri, kurang disayangi karena nasabnya lebih dekat. Berarti sistem ini bermaksud mempererattali persaudaraan (kekerabatan) sesama.

Kekerabatan kehormatan adalahhubungan persaudaraan langsung atau kelompok, maka pertuturan tetap dipakaisebagai penghargaan, terlebih lagi kepada orang yeng sudah tua tidak boleh dipanggil namanya. Dalam hal ini disebut penjenisan dengan istilah “Mekh”. Contoh antara lain: Mekh Uwan berarti sebaya atau teman nenek, Mekh Penguda berarti sebaya atau teman ayah/ibu, Mekh Senina berarti sebaya atau teman sendiri, Mekh Taktuan, Mekhadik, Mekhtukhang, Mekhbayo, Mekh Puhun danseterusnya.

 

Bagikan
Skip to content