Dimuat di Serambi Indonesia edisi Kamis, 7 Maret 2024
NURUL HUSNA, Mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Bina Bangsa Getsempena (UBBG) Banda Aceh, melaporkan dari Banda Aceh
Jumat (23/2/2024), suasana jalanan Kota Banda Aceh tampak dipenuhi kendaraan yang berlalu lalang, hilir mudik. Cahaya matahari menerpa permukaan Bumi cukup terik, sehingga saya ingin meneguk minuman dingin agar dapat mehilangkan dahaga yang terasa menyiksa hati.
Sebotol Teh Pucuk ukuran kecil yang dibeli di Manggadua Swalayan habis saya tenggak, tidak bersisa. Tempat saya berhenti tidak jauh dari Perpustakaan Wilayah Provinsi Aceh yang terkenal dengan akronim Puswil. Saya langkahkan kaki untuk mengunjunginya sekitar pukul 14.10 WIB pada siang itu.
Di teras dekat pintu masuk terlihat ramai orang yang berkunjung. Ada stannya juga. Saya bertanya kepada penjaganya, seorang perempuan bernama Yelli Sustarina SKep. Dia katakana, hari ini sampai Sabtu (24/2/2024) siang dari pukul 14.00 s.d. 17.00 WIB ada Festival Pustaka Kampung Impian “Kampungku Sekolahku”, yang diadakan oleh Rumah Relawan Remaja (R3) bekerja sama dengan Perpustakaan Wilayah Provinsi Aceh.
Yelli bekerja di PAUD Bumoe Learning Community dari Yayasan Rumah Relawan Remaja yang berlokasi di Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. Dia mengatakan, dalam festival ini yang ditampilkan adalah pameran seni dan sejumlah pertunjukan. Dari PAUD tempat dia bekerja, pada siangnya tampil drama berjudul “Habiskan Makananmu”, lalu Sabtu siang tampilan tarian “top pade” (menumbuk padi). Yelli menambahkan, festival yang diselenggarakan Rumah Relawan Remaja (3R) itu baru pertama kali ini diadakan di Perpustakaan Wilayah Provinsi Aceh. Dia jelaskan kepada saya pengertian Festival Pustaka Kampung Impian. Festival ini adalah kegiatan tahunan yang dilaksanakan oleh 3R dalam rangka mengapresiasi hasil karya anak-anak Pustaka Kampung Impian dari Desa Bah dan Serempah (Kabupaten Aceh Tengah), Lapeng (Pulo Aceh, Aceh Besar), Lam Lumpu (Aceh Besar), Baling Karang (Kabupaten Aceh Tamiang), dan Alue Keujreun Sarah Baru (Kabupaten Aceh Selatan).
Setelah perbincangan usai, saya putuskan untuk masuk Puswil. Saat itu acara belum dimulai. Saya memasuki ruang pamer yang ada di lantai 1. Di sini yang dipajang, antara lain, naskah kuno, foto, serta karya lukis anak-anak, dan lain-lain. Ada juga komputer. Di dekat ruang ini ada pintu masuk ke kafe. Ruang ini dipenuhi pengunjung. Ada yang melihat-lihat koleksi yang dipajang, ada pula yang berfoto mengabadikan momen, bahkan ada yang sibuk memotret koleksi-koleksi yang dipajang menggunakan kamera ponsel dan tustel.
Saya termasuk ke dalam golongan orang yang memotret dengan ponsel dan tanpa sengaja bertemu dengan guru yang mengajarkan saya pengetahuan tentang fotografi, tepatnya cara memotret menggunakan kamera ponsel yang baik dan benar. Beliau adalah fotografer Kantor Berita Antara bernama Irwansyah Putra SSos. Ada juga fotografer profesional temannya bernama M. Iqbal, mereka juga mengambil foto acara festival yang berada di lantai 1 di depan bagian administrasi (adm) sewaktu acara tersebut berlangsung.
Fokus saya terbagi hari itu karena saya harus bertanya pada bagian administrasi tentang cara membuat kartu pustaka. Mata saya sekilas melihat tampilan tari ‘ranup lampuan’ dari anak-anak perempuan.
Tak berapa lama kemudian disebutkan penampilan ‘tari sayuran’ dari Sarah Baru, Aceh Selatan. Saya melihatnya meski sebentar. Gerakan yang diperagakan oleh anak-anak tersebut membuat banyak orang bersorak ria. Ada gambar jenis sayuran ditempelkan di dahi mereka.
Sebagai orang Aceh Selatan saya merasa bangga terhadap anak-anak yang menampilkan ‘tari sayuran’. Saya juga bahagia melihat sekilas penampilan dari seorang anak laki-laki yang menceritakan tentang rempah, yaitu buah pala dari Aceh Selatan yang kulitnya bisa dibuat berbagai jenis penganan dan sirop. Sungguh luar biasa anak tersebut tampil tanpa melihat teks saat menceritakan rempah khas Aceh Selatan itu.
Pameran seni yang diadakan di lantai 1 dapat dilihat oleh pengunjung yang ada di lantai 2 dan 3. Di lantai 4 tidak ada ruang baca. Yang ada hanyalah toilet, lift, tangga, dan ruang tunggu VIP. Lobinya ada dua: satu dekat ruang aula yang saat itu sedang ditata untuk acara hari Sabtu. Satu lagi posisinya berada di dekat balkon.
Menurut keterangan dari guru inspirator se-Aceh yang merangkap panitia pelaksana acara tersebut, acaranya berjudul Wisata Literasi Nasional Se-Aceh yang diadakan Ikatan Guru Inspirator Literasi Provinsi Aceh. Ada dua kegiatan yang mereka adakan, yaitu Wisata Literasi Nasional (WLN) dan Anugerah Literasi Indonesia (ALI). Penghargaan ini diberikan kepada pejabat publik yang mendukung penuh acara literasi di Aceh dan kepada 14 guru inspirator literasi se-Aceh.
Acara tersebut dilaksanakan hari Sabtu (24/2/2024), dari pukul 07.30 hingga 13.00 WIB di Aula Perpustakaan Wilayah Provinsi Aceh, lantai 4. Beberapa orang panitia duduk lesehan di balkon sambil memasukkan hadiah ke dalam tas kain (goodie bag) kecil berwarna hitam. Guru yang saya tanya sedang sibuk menulis di meja yang ada di situ.
Balkon di sini memiliki atap dan di sekitarnya tampak bangunan-bangunan lain, tanaman hijau, jernihnya air Krueng Lamnyong, Jembatan Krueng Cut, deretan rumah warga, ruas jalan beraspal, serta bagian depan bangunan Universitas Bina Bangsa Getsempena (UBBG) Banda Aceh, tempat saya kuliah.
Di lantai 3 juga ada balkonnya, tanpa atap. Bentuknya memanjang ke depan, berpagar besi dan kaca, lantainya dialasi karpet berupa rumput sintesis, mirip rumput jepang. Di sini ada tempat duduk dan meja panjang terbuat dari besi yang memiliki atap. Tempat ini dapat digunakan untuk duduk sambil menikmati pemandangan sekitar dan waktu yang pas untuk ke sini adalah saat masih pagi. Meski tempat duduknya memiliki atap, tapi hawa panasnya terasa waktu siang saat cuaca cerah. Keberadaan orang yang duduk di balkon ini sebagian besar dapat dilihat oleh orang yang berada di jalan raya. Saya pernah melihat beberapa kali banyak orang yang duduk di sini ketika pagi, saat saya diantar oleh Juliya Isma (adik saya) pergi kuliah ke UBBG yang berada di Jalan Tanggul Krueng Lamnyong Nomor 34, Rukoh, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh.
Saya memutuskan pulang sebelum Festival Pustaka Kampung Impian berakhir. Acaranya bagus dan luar biasa. Apalagi dilaksanakan di Pepustakaan Wilayah Provinsi Aceh yang sudah memperoleh Akreditasi A. Selamat dan salut untuk pemrakarsa festival ini. Semoga tahun depan dilaksanakan lagi di tempat ini.
Artikel ini telah tayang di Serambi Indonesia dengan judul Festival Pustaka Kampung Impian di Puswil, https://aceh.tribunnews.com/2024/03/07/festival-pustaka-kampung-impian-di-puswil.