Dampak Pendidikan Selama Covid 19 Melanda

2 Mei 2020 | BBG News

Hari Pendidikan Nasional seperti yang kita ketahui hari bersejarah ini diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara. Seorang pahlawan nasional yang dihormati sebagai bapak pendidikan nasional di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.

Banyak kalangan pemuda sekarang yang hampir lupa dengan hari pendidikan nasional. Melalui momentum ini, pemuda dan bangsa Indonesia dapat mengingat kembali batapa susahnya, jerih payah pahlawan dalam meraih kemerdekaan terutama kemerdekaan dalam bidang pendidikan, mementum hari pendidikan ini sangat penting diingat, karena pendidikan ibarat lampu penerang dalam mengarungi sendi kehidupan umat manusia. Tanpa pendidikan manusia ini akan sia-sia kehidupannya.

Hari pendidikan nasional atau disingkat dengan Hardiknas, ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hajar Dewantara. Beliau merupakan tokoh pelopor pendidikan di Indonesia dan juga pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa, hari pendidikan nasional diperingati bertepatan tanggal 02 Mei pada setiap tahunnya.

Harapannya melalui peringatan hari pendidikan nasional ini pemerintah dapat lebih fokus dalam mencari solusi untuk keberlangsungan dan sekaligus memperhatikan bidang pendidikan, pemerataan pendidikan, anak-anak bangsa yang putus sekolah, anak – anak yang berbakat dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Kenyataannya saat ini, banyak kalangan anak bangsa yang berbakat tidak dapat menaljutkan pendidikannya karena faktor ekonomi dan tanpa adanya dukungan dari pemerintah.

Momen peringatan hari pendidikan nasional ini bukan hanya sekadar serimonial semata, akan tetapi harus ada pelaksanaan dan penerapan sesuai dengan apa yang disampaikan oleh masyarakat baik melalui perwakilan anggota dewan, media massa dan lain sebagainya. Semoga di hari pendidikan nasional ini pemerintah dapat mencari dan memberi solusi terhadap pendidikan. Hal ini sebagai upaya untuk membangkitkan semangat belajar dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Peringatan momentum hari pendidikan nasional tahun ini berbeda, Biasanya selalu diperingati dengan meriah setiap tahunnya dengan upacara dan aneka lomba. Selain karena peringatan tahun ini bertepatan dengan Ramadan juga karena dampak dari penyebaran virus corona yang telah melumpuhkan semua sektor termasuk juga sektor pendidikan, termasuk juga aktivitas peringatan hari pendidikan.

Semenjak diberlakukannya belajar dirumah, lock-down, social distancing dan pemberlakuan sistem Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah kepada masyarakat mulai dari semua perkantoran, terminal, bandara, warung-warung kopi, kampus dan bahkan sekolah-sekolah harus ditutup (libur sementara). Hal ini dilakukan demi untuk memutus mata rantai penyebaran virus yang sangat cepat tersebut. Virus ini dapat menjangkiti semua orang dan tidak mengenal jabatan dan jenjang usia.

Selama Covid semua aktivitas pembelajaran mahasiswa telah diliburkan sementara. Artinya belajar di rumah, belajar dirumah tentu tidak sama dengan tatap muka langsung dengan dosen saat melakukan pembelajaran di kampus baik itu pembelajaran baik teori maupun praktik. Karena kurang efektifnya pelaksanaan pembelajaran dan tentu tidak semuanya akan tersampaikan dengan baik melalui online tersebut. Banyak dampak negatif dari pembelajaran/belajar dirumah, mulai dari kouta internet harus tersedia, duduk didepan komputer/laptop berjam-jam, kurangnya aktivitas gerak, tidak dapat mengukur indikator ketercapaian pembelajaran mahasiswa. Masih banyak sisi kekurangan lainnya, dan juga para orang tua sudah mulai mengeluhkan anak – anak mereka yang selalu dirumah. Harapnnya semoga dibulan yang penuh berkah ini cobaan pandemi cepat berlalu.

Pemerintah melalui Kemendikbud R.I Nadiem Makarim beliau mengungkapkan beberapa hal yang terkait dengan pembelajaran dirumah selama Covid-19 hal ini dikutip dari berbagai sumber termasuk Evima.com

COVID-19 atau virus Corona yang mengepung Indonesia tampaknya belum bisa diredam. Penyebarannya yang masif dan relatif cepat membuat orang-orang menjadi ciut dan takut. Semua orang terpaksa harus berdiam diri di rumah demi memutus rantai penularan COVID-19. Agenda-agenda massa dihilangkan, karena COVID-19 pula istilah work from home (WFH) jadi populer Tak sampai disitu aja, COVID-19 ini juga memberikan dampak serius pada sektor pendidikan di Indonesia. Berikut ada beberapa kebijakan di dunia pendidikan yang diambil oleh pemerintah dalam masa darurat virus Corona (COVID-19) tahun 2020 ini.

Sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama COVID-199 pada 2 Maret 2020, Indonesia secara otomatis menjadi salah satu negara yang terdampak virus Corona. Jumlah korban yang positif terjangkit virus Corona mencapai 1.414 orang, berdasarkan update per pukul 15.45 WIB, 30 Maret 2020.

Di antara jumlah tersebut 1.217 sedang dirawat, 75 sudah dinyatakan sembuh, dan 122 dinyatakan meninggal dunia. Sejumlah kebijakan pun segera diambil oleh pemerintah guna memutus mata rantai penyebaran COVID-199 ini. Berikut beberapae kebijakan di bidang pendidikan yang diambil oleh pemerintah terkait kasus COVID-19.

Penyebaran virus Corona yang meningkat, membuat pemerintah provinsi (pemprov) cepat ambil tindakan, salah satunya menutup sekolah selama dua pekan. Langkah ini diambil pemerintah provinsi demi mencegah penyebaran virus Corona pada anak.

Merujuk pada Surat Edaran Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan COVID-19 pada Satuan Pendidikan, dan Nomor 36962/MPK.A/HK/2020, maka kegiatan belajar mengajar pun dilakukan secara daring dalam rangka pencegahan penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19).

Atas dasar penyataan menteri tersebut, para siswa dan mahasiswa harus secara terpaksa untuk bediam diri dirumah, belajar dari rumah dengan menggunakan media seadanya seperti buku bacaan yang tersedia, laptop, internet, paket modem, dan lain sebagainya serba terbatas, belum lagi para siswa/mahasiswa yang berasal dari daerah pedalaman, jangankan internet, listrik saja belum merata masuk ke daerah mereka, ketika menggunakan internet signal tidak kuat dan sering putus, bahkan kadangkala mereka rela menaiki pepohonan untuk mendapatkan signal internet tersebut demi mengikuti pembelajaran daring yang diberikan oleh dosen mereka.

Minggu pertama menyelenggarakan pembelajaran daring mereka yang dari pedesaan sangat gemar dan rajin dalam mengikuti perkuliahan online, kemudian memasuki pertemuan selanjutnya antusias mereka semakin ciut, dari 34 orang mahasiswa per- rombongan belajar (rombel) hanya tinggal 20, hingga tinggal 7 orang, bayangkan berapa rombel mengajar dalam sehari, hal ini disebabkan oleh modal untuk membeli paket internet tidak ada, belum lagi penghasilan orang tua semakin menurun yang diakibatkan oleh Pandemi Covid, sebab kadangkala dosen menggunaakan aplikasi zoom conference, google meet, discord dan lain sebagainya yang memamakan banyak kouta internet tersebut. Bahkan yang sangat disayangkan ada diantara mereka sampai droop, karena terlalu lama didepan laptop sehingga kondisi fisik menjadi menurun, apalagi dalam kondisi puasa seperti ini.

Dalam kaitan ini menjadi solusinya adalah adanya kompensasi dari pihak kampus untuk para mahasiswa yang lagi berjuang dalam mengikuti pembelajaran selama pandemi covid, pihak kampus agar bisa memberi kompensasi dan pemutihan terhadap pemberian nilai oleh dosen pada masing – masing mata kuliah dan lain sebagainya. Berbagai bantuan bergulir dari berbagai bentuk perhatian dari pemerintah dalam hal ini sangat diharapkan, terutama dalam keringanan biaya kuliah dengan memberikan bantuan berupa beasiswa, bantuan buku, paket internet dan lain sebagainya, agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran para mahasiswa khususnya.

Salah satu kampus swasta (PTS) di Aceh telah melaksanakan pembelaran daring (online) di Aceh selama ini lebih kurang telah dilaksanakan dua (2) bulan lebih tanpa adanya kendala yang begitu berarti, harapannya semoga pembelajaran daring bermanfaat, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, pengetahuan para mahasiswa, sehingga tidak mengurangi model pembelajaran persis seperti tatap muka sebagaimana biasanya. Seperti pepatah mengatakan belajar tidak mengenal waktu, tempat, usia dan jabatan. Belajarlah walau ke negeri China sekalipun. Sosok Ki Hajar Dewantara sangat mengedepankan dan mengharapkan majunya bidang pendidikan, majunya suatu bangsa itu dikarenakan manjunya bidang pendidikan.

Berbicara musim korona di Aceh tidak begitu parah lockdownnya jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia, hal ini ditandai dengan kelancaran bidang ibadah kepada Allah SWT, lancar menjalani aktivitas sebagaimana mestinya akan tetapi tetap menjaga jarak dan menggunakan masker ketika keluar dari rumah, hanya perkantoran, sekolah dan tempat lain yang telah ditutup sementara, tidak sama halnya dengan tempat ibadah (masjid).

Rasa kangen antara dosen dan mahasiswa pasti ada yang terbersit dalam lubuk hati yang paling dalam, semoga saja pendemi ini segera berlalu dan para mahasiswa dapat kembali belajar kekampus sebagaimana mestinya, semoga ALLAH SWT segera menganggakat wabah ini dari permukaan bumi ini., harapannya setelah Hari Raya Idul Fitri 1441 H kegiatan perkuliahan, pembimbingan dan sejumlah kegiatan lainya dapat berjalan sebagaimana mestinya,Amin ya Rabbal Aalamin.

Ditulis oleh:

  1. Zikrur Rahmat, M.Pd (Dosen, ketua program studi Pendidikan Jasmani STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh)
  2. Irfandi, M.Or (Dosen, ketua unit penjaminan mutu pada program studi Pendidikan Jasmani STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh)
Bagikan
Skip to content