Dimuat di Kompasiana edisi Rabu, 15 Oktober 2025
Tasya Azrina, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia UBBG dan anggota UKM Jurnalistik kampus setempat.
Hai, kenalin saya Tasya Azrina, atlet sekaligus pelatih di Dojang Taekwondo Setda Aceh. Tasya ingin berbagi kisah perjalanan hidup bersama taekwondo, sebuah seni bela diri yang bukan hanya mengajarkan teknik bertarung, tetapi juga menanamkan nilai perjuangan, kebersamaan, dan keteguhan hati.
Tasya mengenal taekwondo pada tahun 2019. Saat itu, Tasya benar-benar belum tahu apa-apa tentang dunia bela diri. Tasya bergabung dengan Dojang Setda Aceh yang dilatih oleh Sabeum Nim Bustami, S.Pd. Pertemuan Tasya dengannya terjadi secara tak terduga, tapi dari situlah langkah awal Dojang Setda Aceh mulai dirintis. Dengan penuh rasa penasaran dan semangat baru, Tasya mengikuti setiap arahan yang diberikan.
Awalnya, mereka berlatih di depan Kantor Gubernur Aceh, tempat sederhana yang membuat mereka harus bertahan di bawah panas terik dan hujan deras. Namun justru dari tempat sederhana itulah semangat mereka tumbuh. Tahun 2020, lokasi latihan berpindah ke Gedung Balai Meuseuraya Aceh. Saat itu jumlah atlet bisa dihitung dengan jari, tetapi setiap latihan terasa begitu berharga. Dari sanalah Tasya mulai berproses hingga akhirnya mendapat kesempatan mengikuti Kejuaraan Pra Pora. Alhamdulillah, di tahun pertama bergabung, Tasya berhasil lolos ke babak Pora 2022 di Sigli.
Meskipun harus menerima kekalahan, pengalaman itu tidak membuat Tasya berhenti. Justru sejak saat itu, Tasya semakin giat berlatih. Perlahan, Sabeum Bustami mulai memintanya membantu melatih para atlet muda. Awalnya Tasya ragu, takut belum pantas, takut kalah, tetapi keyakinan beliau membuat Tasya berani melangkah lebih jauh.
Namun perjalanan ini tentu tidak mudah. Di awal, orang tua Tasya kurang setuju Tasya menekuni dunia atlet. Mereka khawatir latihan akan menyita waktu dan mengganggu pendidikannya. Bahkan saat Pora, Tasya merasakan betul bagaimana rasanya bertanding tanpa dukungan penuh dari keluarga. Tanpa doa dan restu mereka, setiap langkah terasa berat. Tapi Tasya tidak menyerah.
Seiring waktu, keadaan mulai berubah. Setelah Tasya dipercaya membantu melatih di Dojang, ayah dan bunda mulai melihat manfaat dari apa yang dilakukan. Jumlah atlet semakin bertambah, dan mereka ikut bangga melihat Tasya berdiri di depan ratusan anak dengan seragam taekwondo. Dari yang awalnya hanya dianggap hobi, taekwondo kini dipandang sebagai bagian dari jalan hidup Tasya. Dalam sorot mata mereka, tampak kebanggaan kecil yang dulu belum pernah ada.
Bagi Tasya, perubahan sikap orang tua adalah kemenangan besar. Mungkin Tasya tidak menjadi atlet dengan segudang medali, tetapi Allah memberi jalan lain dengan menjadi pelatih. Tasya percaya, meski karier sebagai atlet tidak setinggi yang diimpikan, insyaAllah Tasya bisa melahirkan atlet yang lebih hebat dari diri Tasya sendiri.
Puncak perjalanan ini terjadi saat Dojang Setda Aceh mengikuti Indonesia Taekwondo Championship 2023 di Medan. Dojang tersebut menurunkan 34 atlet, dan alhamdulillah berhasil membawa pulang 19 emas, 15 perak, serta meraih juara 3 kategori festival. Sebagai pendamping sekaligus pelatih, kebanggaan itu sungguh tak ternilai bagi Tasya. Setiap tangis, tawa, dan peluh selama latihan seolah terbayar lunas di momen itu.
Seiring waktu, keadaan mulai berubah. Setelah Tasya dipercaya membantu melatih di Dojang, ayah dan bunda mulai melihat manfaat dari apa yang dilakukan. Jumlah atlet semakin bertambah, dan mereka ikut bangga melihat Tasya berdiri di depan ratusan anak dengan seragam taekwondo. Dari yang awalnya hanya dianggap hobi, taekwondo kini dipandang sebagai bagian dari jalan hidup Tasya. Dalam sorot mata mereka, tampak kebanggaan kecil yang dulu belum pernah ada.
Bagi Tasya, perubahan sikap orang tua adalah kemenangan besar. Mungkin Tasya tidak menjadi atlet dengan segudang medali, tetapi Allah memberi jalan lain dengan menjadi pelatih. Tasya percaya, meski karier sebagai atlet tidak setinggi yang diimpikan, insyaAllah Tasya bisa melahirkan atlet yang lebih hebat dari diri Tasya sendiri.
Puncak perjalanan ini terjadi saat Dojang Setda Aceh mengikuti Indonesia Taekwondo Championship 2023 di Medan. Dojang tersebut menurunkan 34 atlet, dan alhamdulillah berhasil membawa pulang 19 emas, 15 perak, serta meraih juara 3 kategori festival. Sebagai pendamping sekaligus pelatih, kebanggaan itu sungguh tak ternilai bagi Tasya. Setiap tangis, tawa, dan peluh selama latihan seolah terbayar lunas di momen itu.
Meski tak seintens dulu, Tasya tetap menyempatkan diri datang ke Dojang saat libur kuliah atau di akhir pekan. Setiap kali kembali melatih, rasa rindunya pada tatami, pada semangat anak-anak, dan pada teriakan “Kihap!” seolah menjadi bahan bakar semangat baru.
Tasya sadar, taekwondo bukan hanya tempatnya bertumbuh secara fisik, tetapi juga tempatnya ditempa menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan ikhlas.
Lebih dari sekadar prestasi, taekwondo mengajarkan Tasya disiplin, konsistensi, dan kebersamaan. Dari olahraga ini Tasya belajar bahwa hasil besar tidak pernah datang secara instan, tetapi lahir dari usaha kecil yang terus dilakukan tanpa lelah. Tasya sering berkata pada atlet-atlet muda di Dojang,
“Kalau kamu ingin menang, latih bukan hanya kakimu, tapi juga hatimu.”
Kini, setiap kali melatih, Tasya seperti melihat dirinya sendiri dalam semangat para atlet muda. Dari anak-anak yang dulu pemalu, takut, bahkan menangis saat pertama kali sparring, kini mereka berubah menjadi pribadi yang percaya diri dan berani. Di situlah Tasya menyadari bahwa seorang pelatih bukan hanya pengajar teknik, tetapi juga motivator, sahabat, bahkan keluarga bagi para atletnya.
Perjalanan Dojang Setda Aceh pun tidak selalu mulus. Kami menghadapi banyak tantangan, mulai dari keterbatasan fasilitas, biaya turnamen, hingga rasa lelah yang kadang membuat Tasya hampir menyerah. Tapi setiap kali melihat wajah-wajah bersemangat di depan matanya, semua rasa itu hilang begitu saja. Mereka adalah alasan kenapa Tasya tetap bertahan.
Ke depan, cita-cita Tasya sederhana namun besar, Tasya ingin membawa lebih banyak atlet Aceh berprestasi di tingkat nasional bahkan internasional. Tasya ingin melihat mereka berdiri di podium tertinggi, mengibarkan Merah Putih, dan membuat Aceh bangga. Mungkin Tasya tidak akan selalu berada di gelanggang, tapi semangat dan ilmu yang ditanam akan terus hidup di diri para atletnya.
Bagi Tasya, taekwondo bukan sekadar olahraga. ia adalah rumah, keluarga, dan medan perjuangan yang selalu dicintainya. Ia membentuk Tasya menjadi pribadi yang kuat, sabar, dan pantang menyerah.
Dan kini, saat Tasya melangkah di dunia perkuliahan di UBBG, Tasya semakin yakin bahwa perjuangan di Dojang dan perjuangan di ruang kelas adalah dua sisi dari perjalanan yang sama, menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat.
Harapan Tasya, Dojang Taekwondo Setda Aceh terus melahirkan prestasi baru dan mengharumkan nama Aceh di kancah nasional maupun internasional. Semoga setiap langkah Tasya di kampus UBBG juga bisa membawa kebanggaan tersendiri, karena di manapun berada, semangat taekwondo spirit akan selalu hidup di dalam diri. Semangat terus untuk Taekwondo Setda Aceh dan Kampus UBBG.
Artikel ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Berjuang Bersama Taekwondo Setda Aceh & Kampus UBBG”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/ibnuhabil/68efa191c925c438036877b2/berjuang-bersama-taekwondo-setda-aceh-kampus-ubbg?page=all
#ubbghebat
#diktisaintekberdampak
#kampusberdampak




















