Aceh Jaya Pelopor Ikan Asin Terbaik di Aceh

26 Agustus 2024 | BBG News

Dimuat di Serambi Indonesia edisi Senin, 26 Agustus 2024

Pipi Murfiza, S.Pd., alumnus Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh melaporkan dari Aceh Jaya

Sungguh berlimpah kekayaan alam ciptaan Allah yang bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan oleh hamba-Nya. Salah satunya adalah apa yang berasal dari lautan.

Lautan merupakan salah satu dari penampakan alam perairan, selain selat, danau, sungai, dan rawa.

Luas lautan di Indonesia sekitar 5,8 juta km2 dengan garis pantai sepanjang 81.0009 km; merupakan garis pantai produktif terpanjang kedua di dunia.

Laut sebagai aset nasional, memiliki banyak manfaat bagi kehidupan. Seperti sebagai jalur transportasi, sumber bahan makanan, sumber energi dan pertambangan, kawasan perdagangan, hingga wilayah pertahanan keamanan.

Sumber daya laut tidak hanya berupa ikan, tetapi juga bahan tambang dan lain-lain.

Berbicara tentang kekayaan alam tentu tidak ada habisnya. Kali ini saya ingin menceritakan tentang potensi perikanan tangkap di laut Aceh Jaya, tempat saya berasal.

Menangkap ikan di laut menjadi mata pencaharian mayoritas penduduk Aceh Jaya. Dari ikan segar yang berhasil ditangkap di laut, sebagiannya diolah jadi ikan asin dengan nilai jual tinggi.

Ikan asin merupakan bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat.

Selain itu, daging ikan yang diasinkan akan bertahan lebih lama dan terhindar dari kerusakan fisik akibat infeksi serangga, larva lalat, dan beberapa jasad renik perusak lainnya.

Pengeringan atau pengasinan, baik dengan garam kering maupun air garam, adalah satu-satunya metode pengawetan ikan yang tersedia secara luas sampai abad ke-19.

Seperti daging asin lainnya, ikan asin pun menyediakan protein hewani yang diawetkan bahkan tanpa pendinginan.

Sebagai tambahan informasi, ikan kering dan ikan asin (atau ikan kering dan asin) adalah makanan pokok di Karibia, Afrika Barat, Afrika Utara, Asia Selatan, Asia Tenggara, Tiongkok Selatan, Skandinavia, sebagian Kanada, termasuk Newfoundland, pesisir Rusia, dan Kutub Utara.

Sedangkan di Aceh, sentra produksi ikan asin yang paling terkenal adalah di Calang, Aceh Jaya. Deretan penjual ikan asin yang membuka lapak di sepanjang sisi jalan, menggantung ikan-ikan asin pada tali dan kayu untuk menarik perhatian pembeli.

Aroma khas pun tercium menggoda para pengguna jalan yang lewat melintasi Jalan Banda Aceh-Meulaboh.

Ikan asin di sini sudah dikenal sejak dulu karena kualitasnya terbaik di Aceh. Rahasia di balik ikan asin berkualitas tinggi itu adalah ikan asinnya berasal dari ikan segar yang baru ditangkap. Jadi, tidak ditunggu saat ikannya hampir busuk baru dijadikan ikan asin.

Rahasia lainnya, pengolahan ikan-ikan kering asin tersebut tidak menggunakan zat pengawet kimia berupa formalin ataupun boraks. Hanya mengandalkan garam untuk pengawetan.

Pengolahannya dilakukan langsung dari ikan segar hasil tangkapan nelayan tradisional setiap pagi mengunakan alat oven solar dryer (OSD). Penggunaan alat ini cukup mudah, lebih efektif dan efisien, tak perlu repot mengangkat ikat asin yang sedang dijemur manakala hujan tiba-tiba turun.

Selain itu, produksi ikan asin menjadi lebih higienis, bebas dari debu, maupun dari hinggapnya lalat yang akan menghasilkan telur, sebagai penyebab berulatnya ikan asin. Proses pengeringan ikan pun menjadi lebih cepat tergantung dari pencahayaan matahari.

Harga ikan asin di Aceh Jaya berkisar Rp10.000-Rp60.000 per kilogram. Jenisnya berbagai macam, mulai dari ikan teri, udang, ikan karang hingga gurita yang semuanya diasinkan dan dikeringkan dengan baik.

Melengkapi reportase ini, saya tambahkan informasi tentang industri pengolahan ikan asin yang berada di Desa Patek, Kecamatan Darul Hikmah, Kabupaten Aceh Jaya.

Di sini, pengolahan ikan asin melibatkan beberapa kegiatan, yaitu permodalan,  pengadaan bahan baku, peralatan produksi, proses produksi, tenaga kerja, dan pemasaran hasil olahan.

Ada seorang mahasiswi dari UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Vina Desiana, yang khusus melakukan penelitian untuk mengetahui seluk-beluk industri pengolahan ikan dan menganalisis kelayakan industri pengolahan ikan di Desa Patek ini.

Hasil penelitian untuk skripsinya pada tahun 2020 menunjukkan bahwa industri pengolahan ikan yang terdapat di Desa Patek merupakan usaha kecil (skala rumah tangga) yang memproduksi ikan asin dengan bahan baku utama berupa ikan segar dengan sumber permodalan dari pinjaman kerabat terdekat dan modal sendiri, tapi belum memiliki izin usaha. Adapun  proses produksi dan pemasarannya masih dilakukan secara sederhana (belum menerapkan teknologi dan industri pengolahan ikan yang modern).

Namun, usaha berskala rumah tangga ini layak dilanjutkan, baik dari indikator pendapatan, revenue cost ratio (R/C), break event point (BEP), maupun return on investment (RoI)-nya.

Hal ini dapat dilihat dari perolehan rata-rata total nilai produksi sebesar Rp17.145.333/bulan lebih besar dibandingkan dengan rata-rata total biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp12.491.046/bulan sehingga rata-rata pendapatan yang diperoleh yaitu sebesar Rp4.654.287/bulan dengan revenue cost ratio (R/C) yang diperoleh sebesar 1,3. RoI yang diperoleh pada industri pengolahan ikan adalah sebesar 37 persen.

Artinya, setiap penanaman modal (investasi) sebesar 100% maka pengusaha ikan asin mendapatkan pengembalian modal atau keuntungan sebesar 37% .

Ya, ikan asin memang merupakan lauk yang cukup populer sebagai menu makan sehari-hari di Aceh. Sebab, rasanya yang gurih dengan aroma yang khas itu menjadi favorit banyak orang.

Apalagi ikan asin ini tersedia dalam banyak jenis yang bisa kita pilih sesuai selera. Misalnya, ikan asin tenggiri, ikan asin kuwe (rambue), tongkol, hingga ikan asin kembung atau peda, dan ikan teri asin.

Banyak warga, terutama pengunjung ke Aecch Jaya, yang membeli ikan asin karena suka akan rasanya yang khas. Pengusaha nasi goreng pun, hampir di seluruh Aceh, banyak yang menambahkan potongan ikan asin—biasanya dari ikan talang (Chorinemus lysan)—sebagai pelezat hidangan.

Ikan asin juga bisa diolah menjadi beragam menu masakan lezat, mulai sambal ikan asin, pepes ikan asin, hingga gulai ikan asin. Kenikmatannya diperoleh dari rasanya yang gurih, asin, dan teksturnya yang renyah.

Namun, untuk mendapatkan ikan asin goreng yang renyah sangatlah penting untuk memperhatikan cara persiapan dan menggorengnya. Jangan sampai hangus karena kelamaan diangkat dari kuali.

Ikan asin juga memiliki manfaat bagi kesehatan, seperti mencegah anemia dan mempercepat penyembuhan luka.

Namun, meski menawarkan manfaat bagi kesehatan, terlalu banyak mengonsumsi ikan asin ternyata  juga bisa berisiko, yakni menimbulkan penyakit, di antaranya hipertensi, karena ikan asin memiliki kandungan garam yang tinggi.

Oleh karena itu, sebaiknya konsumsi ikan asin dalam porsi tidak terlalu banyak dan hindari makan makanan yang  tinggi garam lainnya untuk menjaga kesehatan tubuh. Sebaiknya, pilihlah jenis ikan asin yang tidak terlalu asin dan memiliki kandungan nutrisi yang baik bagi kesehatan. Selamat menikmati.

Artikel ini telah tayang di Serambi Indonesia dengan judul “Aceh Jaya Pelopor Ikan Asin Terbaik di Aceh”, https://aceh.tribunnews.com/2024/08/26/aceh-jaya-pelopor-ikan-asin-terbaik-di-aceh?page=all.

Bagikan
partner-1
partner-2
partner-3
partner-4
partner-5
partner-6
partner-7
partner-8
partner-9
partner-10
partner-11
partner-12
partner-13
partner-14
partner-15
partner-16
Skip to content