Serambi Indonesia, edisi Selasa, 2 Desember 2020
Intan Makfirah, Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh. Pernah menjabat sebagai Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Jurnalistik kampus setempat, Melaporkan dari Aceh Besar.
Berbicara mengenai tempat wisata di Aceh Besar, tentu tak akan ada habisnya. Ada begitu banyak tempat wisata yang elok dan menakjubkan. Beberapa waktu lalu, saya dan teman-teman membuat planning untuk jalan-jalan ke salah satu lokasi wisata yang belum pernah kami kunjungi, yani Sarah. Tujuannya tentu saja untuk menghilangkann segala penat dari rutinitas perkuliahan atau pekerjaan sehari-hari. Merasa penasaran dan memiliki jiwa senang mengunjungi tempat baru, aku mengiyakan ajakan teman-temanku untuk ke lokasi ini. Kami memutuskan ke Sarah pada hari Minggu, karena pada hari inilah kami semua memiliki waktu luang.
Beberapa hari sebelum berangkat, para teman-temanku sibuk membicarakan rencana kami ini. Khususnya para lelaki, mereka sangat antusias untuk mengunjungi tempat yang satu ini. Sampai akhirnya, malam sebelum keberangkatan ke Sarah, para teman-teman berbincang ingin membawa ayam yang nantinya akan kami bakar bersama di lokasi tujuan. Wah, mendengar hal ini, semangatku semakin memuncak. Senang rasanya bisa melakukan berbagai hal bersama-sama.
Keesokkan harinya, grup whatsapp kembali riuh, untuk mengumpulkan para anggota menuju Sarah, dan setelah menunggu beberapa lama, akhirnya pada pukul 09.00 WIB kami berdelapan yang terdiri dari empat laki-laki dan empat perempuan memulai perjalanan. Jarak tempuh lumayan memakan waktu, tapi tak masalah semangat kami jauh lebih besar.
Sarah terletak di Lamseunia, Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar. Daerah ini memang memiliki banyak tempat wisata, karena itu sepanjang jalan menuju ke lokasi ramai pengunjung lain yang berlalu lalang, baik menggunakan sepeda motor maupun mobil.
Udara panas berganti dengan hawa sejuk pegunungan ketika kami telah dekat ke tempat tujuan. Lokasi ini tergolong masih asri mengingat banyak pepohonan dan tumbuhan lainnya yang tumbuh subur di sepanjang jalan. Namun, memasuki jalan menuju Sarah, tubuh kami harus tergoncang karena jalan yang belum bagus, ada banyak lubang dan jalanan agak licin karena memang sedang musim hujan.
Untuk memasuki destinasi ini kita hanya perlu merengguh kocek sebesar Rp. 5000 per sepeda motor. Sesampainya di lokasi tujuan, mata kami terpana dengan air jernih khas pegunungan yang mengalir indah. Ditambah pegunungan yang mengelilinginya, menambah pesona indah dan rasa takjub saat mata memandang. Hawa dingin yang menyelimuti kami langsung merengut rasa lelah dan penat yang beberapa waktu lalu sudah sangat memuncak. Berganti dengan perasaan riang gembira dan damai.
Sungai Sarah terbentang begitu luas, namun tergolong tidak terlalu dalam jika tidak melangkah jauh. Hal ini membuat para orang tua yang membawa anaknya tidak akan merasa begitu khawatir. Di dekat sungai, terdapat pondok yang berderetan, tempat para wisatawan duduk beristirahat dan meletakkan barang saat sedang mandi di sungai. Tak perlu khawatir, disini juga terdapat warung yang menjual minuman, makanan ringan, dan mie yang khas dengan tempat pemandian, tentunya sangat cocok dijadikan pilihan setelah berenang.
Tampak begitu banyak wisatawan yang telah tiba terlebih dahulu, destinasi sarah, memang cocok dijadikan pilihan untuk datang bersama keluarga ataupun kerabat. Terlihat pula banyak anak-anak dengan riang gembira bermain air, didampingi oleh orang tuanya yang sekedar merendamkan kaki sambil bercengkerama. Tak mau ketinggalan, kamipun ikut bermain air, lalu bersua foto dan memvideokan momen kami bersama. Para anak laki-laki sibuk kesana kemari mencari tempat yang pas untuk kami melakukan bakar-bakar ayam yang memang sudah dipersiapkan.
Setelah beberapa lama mereka mencari, sangat disayangkan tidak ada tempat yang cocok, karena memang sangat ramai pengunjung dan pondok yang berdempetan membuat aktivitas bakar-bakar mungkin agak sukar jika dilakukan di kawasan ini. Menjelang siang, kami memutuskan mencari lokasi lain agar dapat bakar-bakar. Setelah berdiskusi beberapa saat kami memilih Pantai Riting sebagai lokasi tujuan kami selanjutnya. Pantai ini terletak tidak jauh dari Sarah, sehingga kami tidak perlu menghabiskan banyak waktu diperjalanan.
Tiba di Riting, biaya yang dipungut untuk masuk juga tidak besar, sama seperti di Sarah, kita hanya perlu mengeluarkan uang sejumlah Rp.5000 saja. Masuk kedalam, seperti dugaan ada banyak pengunjung yang tengah menikmati keindahan pantai. Disini, juga menyediakan banyak pondok di tepi pantai. Namun adapula yang terletak agak jauh dari pantai yang terdapat dibawah pohon, sehingga agak lebih luas, dan kami memilih pondok ini karena kami rasa cocok.
Mulailah aktifitas bakar membakar ayam, yang tentu saja dilakukan para laki-laki. Memanfaatkan ranting-ranting dan dedaunan disekitar, apipun akhirnya menyala, mengundang kepulan asap yang mampu mengusir nyamuk yang sedari tadi menggigit kami, maklum saja, ada pepohonan di sekitar sini, sehingga ada banyak pula nyamuk yang menghinggapi kami.
Sambil menunggu, aku dan teman memilih bermain ayunan yang berada di tepi pantai. Di Riting, ada banyak ayunan yang dibuat untuk para pengunjung. Sambil bermain ayunan dan sesekali membasahi kaki ke air laut, kami juga mengabadikan momen ke dalam beberapa foto dan video. Setelah merasa puas, kami kembali ke pondok untuk sekedar membantu teman-teman yang sedari tadi membakar ayam.
Sampai di pondok, ayam sudah mulai matang, kami menyiapkan nasi dan kecap segera, karena memilih membeli nasi bungkus, kami tidak harus repot membawa piring. Minuman kami pesan di warung, berupa air kelapa muda, kopi dingin, minuman botol, dan lainnya.
Setelah matang, kamipun mulai makan, menghilangkan rasa lapar yang sedari tadi menghantui. Sungguh menyenangkan menghabiskan waktu di suasana seperti ini. Belum habis kami memakan makanan istimewa, awan mendung mulai menyelimuti langit biru, lalu disusul dengan rintik hujan yang semakin lama semakin deras. Pondok kami yang hanya beratapan daun dari pohon besar, tentu saja membuat air hujan dengan mudahnya membasahi tubuh dan seluruh benda yang ada di sekitar. Makanan kami ikut tercampur dengan air hujan, tapi ya sudahlah kami tetap melanjutkan makan. Tak begitu menghiraukan tubuh yang mulai basah, namun agak kami percepat agar bisa segera selesai.
Tawa pecah saat detik-detik ini, berbagai tingkahlaku kawan-kawan yang mengocok perut, ada yang sibuk dengan makanannya, bahkan ada yang menyelamatkan handphonenya dengan memasukkan ke dalam kantong namun musik masih menyala. Ocehan yang mereka ucapkan juga membuat gelak tawa.
Selesai makan, kami bergegas berkemas, lalu menuju warung untuk membayar dan segera tancap gas untuk pulang. Kami merasa tak perlu tunggu hujan reda lagi, toh memang sudah basah, kamipun melanjutkan perjalanan pulang dengan menyambut baik rintik hujan yang membasahi tubuh. Sungguh pengalaman yang sangat menyenangkan.