Dilema Pendidikan Selama Covid 19 (Refleksi Hari Pendidikan Nasional)

2 Mei 2020 | BBG News

Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2 Mei tahun ini tidak semeriah tahun-tahun sebelumnnya. Biasanya peringatan hari bersejarah dalam pendidikan Indonesia ini selalu diadakan upacara dan kemeriahan aneka lomba dan hiburan, selain seremonial ucapan selamat terhadap guru. Wajar saja tahun ini agak sepi. Selain momentum hari pendidikan ini jatuh pada bulan Ramadan juga karena wabah pandemi yang melanda. Pandemi Covid 19 yang telah mewabah di seluruh wilayah Indonesia memang melumpuhkan semua sektor, termasuk juga sektor pendidikan. Hal yang paling kentara dirasakan adalah dalam proses perkuliahan. Semua kampus telah meniadakan perkuliahan tatap muka mahasiswa sejak awal semester yang lalu baik perguruan tinggi swasta maupun negeri. Perkuliahan memang tidak diliburkan. Aktivitas perkuliahan tetap berlangsung walau di tengah kondisi pandemi, tetapi tidak dalam bentuk tatap muka tetapi dengan perkuliahan daring dengan menggunakan aplikasi zoom. Sebuah aplikasi konferensi yang mempertemukan banyak orang dalam suatu  forum daring.

Sungguh beruntung, kecanggihan teknologi memang agak sedikit membantu kendala dalam bidang pendidikan.  Ini juga bagian dalam program pendidikan di era 4.0 yang digalakkan oleh pemerintah. Salah satu hal yang dipriotaskan dalam pendidkan era ini adalah kecaggihan teknologi. Hal ini wajar, pemerintah ingin penyelenggaraan  pendidikan Indonesia bisa efektif, cepat, dan praktis seperti negara-negara berkembang.   Kita harapkan akan muncul aplikasi-aplikasi lainnya yang bisa memberi kontribusi besar dalam layanan pendidikan.

Namun apakah perkuliahan daring berlangsung dengan efektif. Tentu saja awalnya peserta perkuliahan sangat senang dengan aplikasi ini. Perkuliahan bisa berlangsung dalam kondisi di manapun. Sebagian besar mahasiswa berada di kampung halaman, bisa berjumpa dengan sanak keluarga sambil juga bisa melangsungkan perkuliahan dengan waktu yang telah ditetapkan oleh dosen. Siapa yang tidak senang. Bahkan sambil golek-golek pun di rumah tetap bisa kuliah. Dalam hal ini, aplikasi zoom dilengkapi dengan tombol audio dan visual. Dengan mematikan tombol audio, kita masih bisa mendengar pembicaraan orang di forum tetapi orang di forum tidak bisa mendengar pembicaraan kita dan orang sekitar. Makanya kita bisa menonton televisi sambil mengikuti perkuliahan tanpa menganggu orang lain dalam ruang maya. Sementara itu, dengan mematikan tombol visual, maka layar kita di forum maya juga tertutup tetapi kita masih bisa mengikuti perkuliahan. Makanya sambil berbaring di tempat tidur ataupun sambil makan, dosen tidak akan marah karena tidak bisa melihat apa yang sedang kita lakukan. Manfaat lainnya dari aplikasi zoom ini adalah dosen dan mahasiswa bisa menyelenggarakan dan mengikuti perkuliahan, kapan pun, dimanapun, dan dalam kondisi apapun. Jadi tidak ada alasan tidak bisa kuliah karena hujan. Tidak ada alasan kuliah karena sakit (kecuali kalau parah), toh kita masih bisa mendengar suara walau tidak tampak wajahnya. Tentu dengan waktu yang tidak ada batasnya, walau demikian sebagian besar perguruan tinggi telah mengatur waktu perkuliahan menurut jadwal akademik.

Kembali ke pertanyaan awal. Apakah pembelajaran daring akan berlangsung dengan efektif? Tentu dosen ataupun mahasiswa pasti mempunyai jawaban masing-masing. Namun dari sebagian besar survei yang penulis lakukan, hampir semua mahasiswa mengeluh terhadap perkuliahan daring ini. Pertama hal yang dikeluhkan oleh mahasiswa adalah sistem aplikasi yang sering sekali mengalami gangguan. Terkadang tidak semua suara orang dalam satu forum bisa terdengar dengan jelas. Sering putus-putus bahkan tidak terdengar sama sekali. Hingga perkuliahan tidak berrlangsung dengan efektif karena indikator tidak tercapai.  Banyak mahasiswa yang tidak memahami materi yang diajarkan pada suatu pertemuan karena suara dosen tidak jelas terdengar.

Kedua, permasalahan lainnya adalah aplikasi daring ini hanya agak efektif untuk perkuliahan teoritis dan tidak efektif sama sekali untuk praktik. Jadi agak susah memang. Saya contohkan mata kuliah Pementasan Drama. Sungguh sangat sulit melihat perkembangan peran mereka satu persatu di dunia maya dibandingkan interaksi langsung. Tentu juga drama yang ditampilkan sangat monoton dengan situasi dirumah selalu. Mata kuliah lainnya yang mengalami masalah yang kentara adalah mata kuliah di bidang olahraga yang tidak bisa sama sekali untuk latihan.

Permasalahan lainnya adalah adab dan karakter sosial. Walau ini memang tidak dkeluhkan oleh mahasiswa namun masalah kesantunan tidak boleh disepelekan. Islam menempatkan adab di atas ilmu. Rasulullah mengajarkan umatnya dengan suri tauladan yang baik. Sementara orang tua mengajarkan ilmu pertama kepada anak yakni adab. Pembelajaran tentang karakter dan  adab tidak bisa tergantikan dengan secanggih apapun teknologi. Makanya peran seorang guru tidak bisa digantikan dengan robot walaupun robot itu lebih pintar dari guru.

Seperti yang penulis singgung di awal bahwa pembelajaran daring ini dapat memudahkan mahasiswa untuk kuliah dalam kondisi apapun sambil tiduran atau makan. Bayangkan jika sedang berlangsung perkuliahan di ruangan ada mahasiswa yang makan atau tidur. Walau tidak bisa dilihat oleh dosen, sang mahasiswa tersebut sama sekali tidak beradab. Tidak sopan terhadap majelis. Tidak menghargai sang guru. Ingat, perkuliahan hanya beralih tempat dan kondisi, namun adab majelis tetap harus dijunjung tinggi.

Semoga momentum peringatan hari pendidikan nasional ini bisa menjadi renungan bagi kita untuk berbenah dalam bidang pendidikan. Kita harapkan juga kemelut pandemi ini segera berlalu sehingga kita dalam menyelenggarakan pendidikan secara normal dan efektif seperti semula.

Bagikan
Skip to content