Stimulus agar Produktif, Dosen Akan Diberikan Honor untuk Penelitian

26 Agustus 2019 | BBG News

JAKARTA, (PR).- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi akan memberikan honor untuk dosen yang sedang melakukan penelitian. Selain untuk memotivasi, honor tersebut juga dimaksudkan agar peneliti terhindar dari tuduhan korupsi.

Direktur Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat Kemenristekdikti Ocky Karna Radjasa menyatakan, saat ini, kebijakan tersebut masih dalam kajian. Menurut dia, honor diberikan sebagai stimulus agar dosen produktif melakukan penelitian. Bukan hanya memerankan fungsi mengajar sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Ia menjelaskan, anggaran honor akan diambil dari dana riset yang dikelola Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM). Dengan demikian, LLPM juga akan melakukan kontrol terhadap keuangan.

“Saya ingin honor itu ada. Uang masuk, honor diberikan pada peneliti dan dana risetnya di LPPM. Supaya ada kontrol dan tanggung jawab. Ini kaitannya dengan pertanggungjawaban keuangan. Nanti yang diperiksa LPPM-nya. Jangan dosennya yang diperiksa, mereka sudah meneliti, cari output, masih diperiksa juga,” kata Ocky di Jakarta, Rabu, 21 Agustus 2019.

Ia mengatakan, selain honor, Kemenristekdikti juga terus mendorong semua kampus dan lembaga lain untuk berbagi layanan penelitian seperti fasilitas laboratorium. Hal tersebut bertujuan untuk melakukan efisiensi anggaran dan memperbarui alat riset pada perguruan tinggi yang sudah usang.

Ocky menegaskan, banyak Lembaga Pemerintah Nonkementerian (LPNK) yang memiliki banyak alat penelitian baru. Penggunaan fasilitas secara bersama-sama menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas riset. Kemenristekdikti juga akan mengembangkan kebijakan untuk kerja sama antara LPNK dan perguruan tinggi.

“Perguruan tinggi alat penelitiannya sudah banyak yang out of date, tapi LPNK seperti BATAN, LIPI dan BPPT alatnya baru-baru. Tapi kan mereka tidak bisa akses dana kami. Karena itu kita kembangkan kebijakan ketuanya tetap dosen, anggotanya boleh nondosen,” katanya.

Mengenai berbagi sarana riset di perguruan tinggi, Kemenristekdikti sudah melakukan pengklasteran. “Sekarang seperti ITB kan dibangunkan center for nano technology. Sharing facilities itu penting ke depan, jadi tidak usah beli yang sama semua tapi beli satu bisa diakses oleh sesama perguruan tinggi, ini lebih efisien. Ini yang saya maksud kolaborasi, jadi kalau mau bikin labolatorium terpadu, boleh, tapi cari yang sifatnya share facilities. Karena perawatan mahal,” ujarnya.

Menristekdikti Mohamad Nasir menyatakan, kompetensi, kreativitas, inovasi, dan kemampuan berpikir kritis semakin diperlukan dalam menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0. Ia berharap, dosen dan mahasiswa semakin kreatif dalam mengembangkan penelitian dan metode pembelajaran.

“Ini menjadi hal yang sangat penting. Di kampus dosen akan memberikan bekal bagaimana agar para mahasiswa memiliki cara berpikir yang kreatif, bagaimana cara melakukan inovasi, dan bagaimana cara untuk berpikir kritis, sehingga anak-anak ini dapat menyelasaikan masalahnya sendiri,” katanya.

Ia menuturkan, mahasiswa tidak harus bergantung pada materi perkuliahan dan mengandalkan apa yang disampaikan oleh dosen. “Dosen yang Anda serap nanti ilmunya hanya sekitar 20 sampai 40 persen maksimal, sementara yang 60 persen itu dari luar perkuliahan maka saya berharap dari kalian semua bisa berpikir lebih modern, lebih maju, dan saya mengharapkan di antara kalian akan menjadi calon-calon pemimpin di negeri ini,” katanya.***

Sumber: https://www.pikiran-rakyat.com

Bagikan
Skip to content