Jangan Singkirkan Pengetahuan Bahasa Usia dalam Bahasa Singkil

7 Agustus 2018 | BBG News

(Dimuat di Serambi Indonesia)

Oleh: Rahmin

Berbicara tentang bahasa usia tentu saja tidak terlepas dari tingkat-tingkat usia yang ada dalam daerah Aceh Singkil itu sendiri. Dan bahasa usia ini saya rasa pasti di setiap bahasa internasional, negara maupun bahasadaerah tentu ada perbedaannya yang digunakan oleh rakyat ataupun masyarakat, baik itu anak-anak, para remaja, orang dewasa, dan orang tua. Sedangkan bahasa usia adalah suatu bahasa yang digunakan oleh orang-orang yang sesuai dengan tingkat usia yang ia alami dan ia jalani dalam kehidupan.

Memang kalau ditinjau dari segi pendapat para ahli bahwa variasi pengguna bahasa ditinjaudari segi usia dapat dilihat dari rentang kanakkanak, remaja, dan dewasa (Sumarsono, 2008:135). Namun si penulis memandang dari segi bahasa usia dalam bahasa Singkil khususnya di daerah Aceh Singkil ini memiliki perbedaan.

Dan bahasa usia yang dimaksud dalam bahasa Singkil di pembahasan ini mencakup anak-anak, para remaja, orang dewasa, dan orang tua. Bahasa yang mereka gunakan dalam pergaulan sangatlah berbeda, baik itu kata-katanya maupun kalimatnya. Secara pengamatan yang pernah saya perhatikan bahwa anak-anak lebih menggunakan bahasa ibu (B1) dan para remaja memang sudah mengalami kemajuan dalam berbahasa, sehingga mereka membentuk bahasa baru dalam kelompok mereka sendiri.

Sedangkan orang dewasa lebih menggunakan bahasa kedua (B2) dan orang tua ebih menggunakan bahasa yang standar. Dari hal ini, dapat anda lihat perbedaanperbedaan bahasa usia dalam bahasa Singkil yang digunakan di daerah Aceh Singkil itu sendiri secara sekilas. Kalau misalnya anda ingin mengetahui perbedaan-perbedaan tersebut secara mendalam,maka anda hendaknya mengetahui ataupun memahami perkataan-perkataan yang digunakan dalam bahasa Singkil tersebut, ataupun dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada warga Singkil.

Memang orang luar taupun pendatang yang tidak bisa bahasa Singkil merasa sulit untuk memahami dan membedakan bahasa usia dalam bahasa Singkil ini. Oleh sebab itu, saya sebagai perintis permasalahan- permasalahan ini, akan menjelaskan perbedaanperbedaan bahasa usia dalam bahasa Singkil ini yang digunakan di daerah Aceh Singkil tersebut, yaitu sebagai berikut: Pertama, bahasa pada anak-anak menurut Harwood (1959) dalam Chaer (2009:238) ketika memasuki taman kanak-kanak, mereka sudah menguasai kaidah dasar gramatikal bahasa misalnya: “tekh”, ”pe”, “me”. Mereka sudah bisa membuat kalimat berita misalnya: “ngo aku man” artinya “sudah saya makan”, tanya misalnya “mike ko aus” artinya “kemana kamu pergi”, dan komunikasikomunikasilainnya. Dan anak-anak lebih menggunakan bahasa yang tidak baku misalnya: kata “num” yang bakunya “minum” artinya “minum”,“man” yang bakunya “mangan” artinya “makan”, “dem” yang bakunya “medem” artinya “tidur”, “kokh” yang bakunya “tokokh” artinya “beli”, “alan” yang bakunya “dalan” artinya “jalan”.

Dan anak-anak juga menghilangkan fungtor ataukata tugas dalam berbahasa misalnya “mak kokh oti” artinya “mamak beli roti” yang benarnya“mamak tokokhken khoti” artinya “mamak belikan roti”. Dan di samping itu juga, bahasa yang anakanak gunakan tidak terlepas dari aktivitas yang pernah mereka lakukan, baik itu di waktu menjalankan aktivitas yang rutin maupun yang bukan,seperti main-main itu kegemaran mereka. Misalnya ketika mereka bermain kelereng, anakakan berkata “aku menang” atau “aku kalah”. Dan ketika anak merasa lapar atau haus, anak hanya berkata “mak man” artinya “mamak makan” atau “mak num” artinya “mamak minum”, nah dari bahasa yang digunakan anak tadi bahwa si ibu sudah paham kondisi anaknya itu sedang lapar atau haus.

Kedua, sedangkan bahasa pada pararemaja menurut Rampton (1995) menyelidiki bahwa dalam latar multikultural di Inggris terdapat fenomena yang disebut penyeberangan leksikal. Artinya bahwa di setiap bahasa baik itu bahasa nasional maupun bahasa daerahitu sendiri tentu ada perbedaan-perbedaan yang digunakan oleh para remaja itu sendiri, dan bahasa ini sangat berbeda dengan usia lain. Sedangkan bahasa yang digunakan para remaja dalam bahasa Singkil ini juga ada perbedaannya, misalnya anak remaja menggunakan kata “alah” sedang orang tua menggunakan “bual”.

Kemudian bahasa para remaja dalam bahasa Singkil ini khususnya di daerah Aceh Singkil lebih menggunakan bahasa alai atau gaul dalam kelompok ereka sendiri, misalnya kata “coo” artinya “kawan”, “bhat” artinya “kawan dekat”, “ayok” artinya “mau”,“alah” artinya “abaikan”. Ketiga, kemudian bahasa orang dewasa menurut William Labov (1972) mendapati bahwa orang dewasa di New York lebih kecil kemungkinannya untuk engucapkan bunyi /r/ dalam kata-kata seperti fourth dan floor daripada orang yang lebih muda umurnya. Artinya presentase kesulitan dalam mengucapkan /r/ terjadi pada tingkat anak-anak dan remaja bukan pada orang dewasa maupun orang tua.

Dan orang dewasa dalam berbahasa lebih komplek dan terstruktur sebagaimana bahasa yang telah diketahuinya, contonya kata-kata “lako mike kona mak tuan” artinya “mau kemana kamu paman”. Kemudian orang dewasa sudah bisa bercerita dengan lebih panjang. Keempat, selanjutnya pada tingkat orangtua lebih menggunakan bahasa yang standar. Pada bagian ini para orang tua lebih fokus pada bahasa yang digunakannya dalam kehidupan sehari-harinya. Penelitian di Kota New York menunjukkan presentase pemakaian bunyi glottal stop pada usia 20 sampai 30 tahun berjumlah 83 %, sedangkan presentase pemakaian bunyi glottal stop [/] pada usia 40 tahun ke atas berjumlah 33%.

Hal ini menunjukkan bahwa pada usia orang tua mereka menggunakan bahasa yang standar (Holmes,1995: 181-187). Artinya pada tingkat orang tua bahasa yang mereka gunakan mudah untukdipahami oleh orang lain. Jadi dilihat dari segi bahasa usia di daerah Aceh Singkil itu sendiri terdiri dari anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Dan bahasa yang mereka gunakan sangatlah beragam-ragam dalam bentuk kata-kata maupun enuturan.

Namun erkadang orang luar merasa sulit untuk memahami dan membedakan bahasa usia tersebut. nah untuk mengetahui hal-hal ini, anda bisa menanyakan kepada warga Singkil tentunya. Kemudian dari sinilah anda akan mengetahui perbedaan- perbedaan yang sebenarnya. Jadi kita sebagai mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah sudah sewajarnya mengetahui perbedaan-perbedaan bahasa usia, baik itu dalam bahasa Singkil, bahasa Aceh maupun bahasa-bahasa lainnya yang terdapat di provinsi Aceh ini. Sebab hal ini berkaitan dengan sastra daerah, yang namanya sastra daerah pasti berkaitan dengan bahasa daerah tersebut yang menjadi bahan kajian bagi prodi PBSID itu sendiri.

Rahmin, Mahasiswa Pendidikan Bahasa  Sastra Indonesia dan Daerah STKIP BBG

 

Bagikan
Skip to content