Indrapatra, Cagar Budaya yang Patut Dilestarikan

8 Maret 2021 | BBG News

Serambi Indonesia, edisi Senin 8 Maret 2021

Intan Makfirah, Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia STKIP Bina Bangsa Getsempena. Mantan Ketua UKM Jurnalistik kampus setempat. Melaporakan dari Aceh Besar.

Beberapa waktu lalu, Prodi (Program Studi) Pendidikan Bahasa Indonesia STKIP BBG mengadakan kegiatan silaturrahmi antara mahasiswa baru leting 2020 dengan para senior dari berbagai leting. Kegiatan yang berpanitia HMP (Himpunan Mahasiswa) ini berencana diselenggarakan diluar kampus, sehingga timbullah berbagai pilihan lokasi. Akhirnya, Benteng Indrapatra menjadi pilihan, hal ini dikarenakan ketertarikan beberapa mahasiswa baru yang berasal dari daerah jauh mengaku belum pernah mengunjungi salah satu cagar budaya yang juga merupakan tempat wisata ini.

Akhirnya diputuskanlah kegiatan kali ini diselenggarakan di Indrapatra. Sebagai senior, saya menerima undangan langsung dari pihak panitia, sehingga saya juga ikut meramaikan acara. Lokasi rumah yang tidak begitu jauh membuat saya mudah menjangkau lokasi. Jika dari kota Banda Aceh, akan memakan waktu 40-45 menit, karena rumah saya yang berlokasikan di Aceh Besar yang berada dekat dengan Indrapatra, maka hanya memakan waktu sekitar 15 menit perjalanan.

Kegiatan ini dilakukan saat hari tidak berlangsungnya perkuliahan, sehingga tidak akan mengganggu mata kuliah. Para rekan-rekan lain berkumpul di kampus pada pukul 09.00 WIB untuk kemudian menuju lokasi tujuan bersama. Sedangkan saya memilih menunggu informasi, setelah mereka sampai barulah saya menuju kesana.

Setelah menunggu beberapa lama, saya akhirnya mendapat informasi mereka telah sampai, dan segera bergegas menuju Indrapatra. Letak Indrapatra agak masuk kedalam, namun terdapat tembok yang bertulisan Benteng Indrapatra di samping jalan sehingga memudahkan wisatawan untuk mengetahui letak benteng ini.

Benteng Indrapatra merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Aceh, beberapa sumber menyebutkan benteng Indrapatra dibangun oleh kerajaan Lamuri, kerajaan Hindu pertama di Aceh (Indrapatra)  pada masa sebelum kedatangan islam di Aceh, yaitu pada abad ke-VII. Kala itu, benteng ini dibangun dengan maksud untuk membendung sekaligus membentengi masyarakat kerajaan Lamuri dari gempuran meriam-meriam yang berasal dari kapal-kapal perang Portugis. Benteng ini juga dipakai sebagai tempat ibadah umat Hindu di Aceh pada saat itu.

Bangunan yang memiliki nilai sejarah ini tidak terlalu banyak diketahui masyarakat Aceh, khususnya yang tinggal diluar kota Banda Aceh dan Aceh besar. Hal ini dikarenakan cagar budaya ini yang kurang terekspos ke masyarakat. Juga letaknya yang lumayan jauh dari kota Banda Aceh membuat tidak banyak pengunjung yang mendatanginya.

Saat sampai di lokasi benteng Indrapatra, saya disambut oleh bentangan rumput hijau yang luas mengelilingi halaman benteng. Hamparan alam yang begitu luas membentang, seketika membuat kita terpana dan terbayang akan tragedi masa lalu yang dulu pernah terjadi pada peninggalan sejarah ini. Benteng Indrapatra merupakan saksi bisu perkembangan Aceh dari masa lalu hingga saat ini. Benteng yang terbuat dari bebatuan itu tampak kokoh berdiri di atas rumput hijau yang membentang luas. Didepan benteng telah dibuat jalan untuk kendaraan melintas, lalu di sebrangnya terdapat hamparan laut yang membentang. Di pinggir pantai, terdapat beberapa pondok kosong yang tidak lagi ada pedagangnya. Ada pula banyak pohon-pohon besar menghiasi sepanjang tepi pantai yang cocok dijadikan tempat untuk beristirahat.

Sampai di lokasi, kami mulai melakukan aktifitas, seperti perkenalan diri, bermain berbagai game dan lain sebagainya sebagai bentuk keakraban antara mahasiswa baru dengan para senior. Kami memilih lokasi yang dekat dengan pantai, agar dapat merasakan hembusan langsung angin sepoi-sepoi di pinggir pantai. Saat mentari mulai tinggi menyingsing, dan perut sudah terasa lapar, kami berhenti untuk kemudian istirahat dan makan siang. Makanan telah dipersiapkan oleh pihak panitia, kami membentuk lingkaran dan makan bersama. Tak lama, pedagang yang menggunakan gerobak turut hadir menjajakan barang dagangannya.

Tak hanya kami, ternyata ada satu tim lagi yang ikut melaksanakan kegiatan di lokasi Indrapatra, yakni sebuah organisasi kampus yang merupakan gabungan para alumni dan mahasiswa STKIP BBG Banda Aceh dari berbagai Prodi (Program Studi). Organisasi ini bertujuan sebagai wadah untuk menjalin silaturrahmi antar mahasiswa dan alumni. Tak hanya itu, organisasi ini bergerak dalam hal bakti sosial, sebelumnya hanya melakukan hal-hal sederhana seperti berkumpul, berkemah bersama dan lain sebagainya, kini lebih berkembang dengan melakukan berbagai bakti sosial. Organisasi ini bernama BBG Meudom, sudah banyak anggotanya yang terlibat, baksos yang mereka lakukan kali ini di Indrapatra.

Pengurus BBG Meudom akhirnya mengajak kami untuk ikut serta dalam melaksanakan bakti sosial sebagai bentuk kecintaan mahasiswa BBG terhadap cagar budaya dan lingkungan sekitar. Tentu saja kami sangat menyambut baik ajakan ini. Sehingga kami bersama tim BBG Meudom akhirnya melakukan bakti sosial yakni membersihkan Indrapatra dari sampah-sampah. Sebelum melaksanakan aksi, penasehat dari BBG Meudom yang merupakan alumni menjelaskan peran BBG bagi masyarakat sekitar, menurutnya tentulah sangat dibutuhkan peran mahasiswa dalam hal-hal yang berdampak positif bagi masyarakat. Sehingga aktifitas mahasiswa bukan hanya sekedar pembelajaran didalam ruangan, namun juga dapat melihat hal-hal yang terdapat pada masyarakat sekitar. Karena mahasiswa juga berperan sebagai perwakilan dari masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa BBG Meudom bukan hanya organisasi perkumpulan mahasiswa, namun juga merupakan organisasi yang membentuk mahasiswa menjadi pribadi yang berguna bagi masyarakat sekitar. Pembelajaran tidak hanya kita dapatkan dari dalam kelas, namun juga kita dapatkan dari lingkungan masyarakat.

Kami akhirnya membagi beberapa kelompok untuk kemudian berkeliling memungut sampah dan memasukkannya kedalam plastik yang telah tersedia. Tak perlu memakan waktu lama, karena jumlah kami yang lumayan banyak, akhirnya aktifitas ini pun selesai dilakukan, dan para anggota BBG Meudom berterima kasih atas waktu yang telah kami berikan. Usai bincang-bincang dan istirahat sejenak, kami kembali melaksanakan kegiatan kami. Berbagai game yang telah dipersiapkan panitia kembali dilakukan, seperti membuat kostum dari kain sarung, bermain game menggunakan sedotan dan karet gelang, serta beberapa game lainnya. Tampak antusias dari wajah-wajah para adik-adik maba. Senyum dan tawa terlukis diwajah mereka. Kepenatan saat kuliah perlahan menghilang berkat kegiatan ini, keakraban antar senior dan juniorpun ikut terjalin. Bahkan para alumni juga ikut berhadir. Hal ini membuat tali silaturrahmi semakin erat.

Puas bermain, saat mentari juga telah mulai redup karena hari sudah sore akhirnya kami memutuskan untuk mengusaikan kegiatan ini, ditutup dengan pembagian snack dan kata-kata sambutan juga ucapan selamat datang untuk para maba dari para senior dan alumni. Lalu setelah dirasa cukup, kami memutuskan pulang, tentu saja para maba dikawal dengan baik oleh para panitia hingga selamat hingga tujuan.

Bagikan
Skip to content